Berubahnya Perilaku Sosial karena Pandemi

Oleh : Miftahul Afdal
(Penulis Merupakan Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Tadulako

Portalrimbawan,- Situasi virus corona dengan berbagai kebijakan dari Pemerintah membawa pengaruh situasi dan kondisi psikologi dan sosiologi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah korban yang positif terjangkit virus corona. Anne Kerr dalam bukunya yang berjudul “Genetics and Society: A Sociology of Disease” menjelaskan bahwa fenomena wabah penyakit di masyarakat dapat membuat masyarakat mengalami kecemasan (anxiety) dan ketakutan (fear), (Tempo.co).

Berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh virus corona merubah perilaku sosial, hal itu sering dialami oleh mereka tenaga medis, pasien positif corona, orang yang sepulang dari daerah terindikasi (masuk masa karantina). Sebab, ditakuti mereka membawa virus corona dan dapat menyangkiti orang lain.

Sebagai contoh kasus, dibeberapa tempat banyak yang menolak penguburan pasien positif virus corona di daerah mereka, bahkan beberapa perawat sempat diusir dari kos-kosan karena dianggap membawa virus.

Salah satu kasus, seorang lelaki inisal GR yang baru pulang dari Kota Palu dianjurkan untuk melakukan karantina mandiri. Namun, hanya berselang 2 hari dari melakukan karantina mandiri, ketika ibunya ingin membeli sesuatu di salah satu tokoh tidak dilayani oleh penjual, sebab dianggap terjangkit virus dari anaknya yang sepulang dari daerah terindikasi tersebut.

Sehingga, ia mengeluhkan perlakuan dirinya dan keluarga oleh masyarakat disekitarnya. Bagaimana dia bisa makan jika semua orang menjauhi dirinya dan keluarga.

Manusia butuh makan untuk hidup. Seharusnya, jika ada pemberlakuan khusus kepada setiap orang yang baru saja datang dari daerah terindikasi dan melakukan karantina. Apabila orang tersebut dilarang untuk keluar rumah, maka perlu ada jaminan pelayanan agar dirinya tetap menjaga kondisi tubuhnya.

Jika saja perlakuan ini terus berlarut, maka tidak akan menutup kemungkinan bahwa mereka yang mendapatkan stigmatisasi bukan mati akibat virus corona tapi akibat kelaparan.

Tentunya, Satgas tingkat Kabupaten sampai Tim Relawan Covid-19 di Desa perlu memberikan sosialisasi secara masif kepada masyarakat untuk bagaimana bisa memberikan pemahaman sehingga keberadaannya bisa diterima tanpa disudutkan.

Perlu direnungkan, jika saja posisinya adalah diri kita, tentu kita akan dapat dirasakan pergulatan batin yang menyelimuti diri, hakekatnya manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia akan hidup saling membutuhkan satu sama lain, maka jauhilah penyakitnya bukan orangnya.

Comments

Follow Portal Rimbawan

"SELAMATKAN HUTAN UNTUK PERADABAN"

"SELAMATKAN HUTAN UNTUK PERADABAN"

Sering Dikunjungi

Makalah Evaluasi Kurikulum

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

Open Volunteer (Kontibutor)

Open Volunteer (Kontibutor)
Gabung Bersama Kami dalam Mengkampanyekan Alam..!!