BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan
pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mana didalamnya
mencakup beberapa hal diantaranya adalah: perencanaan, penerapan dan evaluasi.
Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum
membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang
akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan
kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer
perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa
besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah
direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan
kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia
pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang. Seperti: politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang
merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Pengembangan
kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang
lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah
berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan
kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum
baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian
yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Pada
umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembangan kurikulum sebagai suatu
proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang menyangkut beberapa kurikulum
yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi. Selain harus memperhatikan
unsur-unsur diatas, di dalam mengembangkan sebuah kurikulum juga harus menganut
beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam
penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang di
harapkan dan mengenai prinsip-prinsip dan pendekatan itu akan kami jelaskan
selengkapnya dalam pembahasan.
Pengembangan
kurikulum pendidikan agama, perlu adanya tinjauan ulang dan segera membuat
gebrakan baru terkait melakukan gerak cepat sosialisasi secara menyeluruh
tentang KTSP pendidikan agama guna pembenahan sistem intruksional yang lebih
berbobot dan mengena pada sasaran, sehingga tujuan pendidikan agama dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan, sebagai akar pembentukan akhlak anak
didik. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pemaahaman anak didik tentang
pelajaran agama yang membutuhkan peneliti dilaboratorium. Tetapi sampai detik
ini mungkin belum terpikir oleh pihak sekolah-sekolah atau madrasah tentang
manfaat dan pentingnya sebuah laboratorium agama. Hal ini dapat menjadikan
motivasi belajar siswa untuk lebih dalam mempelajari mata pelajaran agama, jadi
tidak hanya sekedar ceramah tapi bisa langsung mempraktikan dilaboratorium mata
pelajaran yang diperlukan untuk praktik. Inilah sebagian titik lemah yang ada
pada kurikulum pendidikan agama.
Dalam
perkembangan suatu negara tergantung pada mutu suatu pendidikan, karena
pendidikan merupakan salah satu penunjang dalam perkembangan negara, dalam
perkembangan modernisasi ini negara kita ingin mencoba ikut berpartisipasi
dalam mengembangkan pendidikan seperti negara-negara maju khususnya.
Sebuah
kurikulum tidak hanya sekedar instruksi pembelajaran yang disusun pleh
pemerintah untuk diterapkan di sekolah masing-masing. Sinclar (2003) menegaskan
bahwa kurikulum yang baik adalah yang memberi keleluasaan bagi sekolah untuk
mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan khusus peseta didik sesuai tuntutan
masyarakat.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
Penjelasan diatas maka dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
yaiu:
1.
Apa saja Konsep
dasar pengembangan kurikulum?
2.
Apa saja Prinsip
Pengembangan Kurikulum?
3.
Apa saja Fungsi
dan Peranan Pengembangan Kurikulum?
4.
Apa saja
Azas-Azas Pengembangan Kurikulum?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar Pengembangan Kurikulum
Dalam usaha untuk mengembangkan kurikulum ada
beberapa prinsip dasar yang harus kita perhatikan. agar kurikulum yang kita
jalankan benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan. Prinsip-prinsip dasar
yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya
merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang
dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip
baru.
Secara gramatikal prinsip berarti asas, dasar,
keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian di atas tersirat makna bahwa kata
prinsip itu menunjukan pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus
diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya
selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa. Prinsip memiliki
fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaanya sesuatu. Dengan
mengenali prinsip dan memperhatikan prinsip, maka akan bisa menjadikan sesuatu
itu lebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan tentang hakikat yang
dikandung oleh sesuatu, mungkin produk atau proses, dan bersifat memberikan
rambu-rambu aturan main yang harus diikiti untuk mencapai tujuan secara benar.
Pengertian
dan fungsi prinsip di atas bisa dijadikan dasar untuk menjelaskan arti dan
fungsi dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip pengembangan
kurikulum menunjuk pada pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan
patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan
kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum planning),
yang pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan ciri dari hakikat
kurikulum itu sendiri. Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses
identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan dan kreasi
elemen-elemen kurikulum. Agar dalam proses pengembangan kurikulum itu bisa
berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam bekerjanya para pengembang
kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Dengan
merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum
akan bisa bekerja secara mantap, terarah, dan dengan hasil yang bisa
dipertanggung jawabakan.
B. Prinsip
Pengembangan Kurikulum
Terdapat
banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam
prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori yaitu prinsip umum dan prinsip
khusus. Prinsip umum biasanya digunakan
hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimanapun. Di samping itu, prinsip
umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh
kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang
membangunnya.
Prinsip khusus artinya prinsip yang
hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip khusus ini juga
merujuk pada prinsip-prinsip yang
digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri,
misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen isi kurikulum
dan prinsip prinsip yang mengembangkan komponen-komponen kurikulum lainnya.
1.
Prinsip Umum
Sukmadinata
(2012: 150-151) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan
kurikulum, yaitu : prinsip relevansi, fleksibelitas, kontinuitas, praktis atau
efisiensi dan efektivitas.
a. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip
kesesuaian. Prinsip relevansi ada dua jenis yaitu relevansi eksternal
(eksternal relevance) dan relevansi internal. (internal relevance) artinya
bahwa kurikulum itu harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik
tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang
di prediksi pada masa yang akan datang. Intinya, bahwa kurikulum itu harus bisa
menyiapkan program belajar bagi anak untuk menyiapkan anak agar bisa memenuhi
harapan dan situasi kebutuhan dan kondisi kehidupan masyarakat tempat dimana ia
berada. Agar kurikulum bisa memenuhi konsep relevansi eksternal, seorang
pengembang kurikulum harus memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan
masyarakat pada masa kini dan masa datang.
Sedangkan relevansi eksternal (eksternal
relevance) yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri. Kurikulum
merupakan suatu sistem yang di bangun oleh sub sistem atau komponen tujuan,
isi, metode, dan evaluasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu,
belajar dan kemampuan siswa. Suatu kurikulum yang baik adalah yang memenuhi
syarat relevansi internal, yaitua danya koherensi dan konsistensi antar
komponennya. Ketidak sesuaian antar komponen-komponen ini akan menyebabkan
kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara optimal. Implikasi dari
prinsip ini yaitu seorang pengembang kurikulum harus bisa paham betul tentang
jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum, metode pembelajaran,
dan sistem evaluasi.
b. Prinsip Relevansi
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa
kurikulum itu harus lentur, tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada
dasarnya kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan
jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian dalam hal strategi
yang didalamnya mencakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel. Dalam
kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang mampu memberikan alternatif
dalam pencapaian tujuannya melalui berbagai metode atau cara-cara tertentu yag
sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat dimana kurikulum di
terapkan.
c. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum
itu dikembangkan secara berkesinambungan. Kesinambungan ini meliputi sinambung
antar kelas, maupun sinambung antar jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan
agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis,
pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar dan
dilanjutkan pada kelas dan jenjang yang ada di atasnya.
Dengan demikian akan terhindar dari
tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat awal siswa (prerequisite) untruk
mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga
terhindar dari adanya pengulangan-pengulangan program dan aktivitas belajar
yang tidak perlu (negatively over laping) yang bisa menimbulkan pemborosan
waktu, tenaga, dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerjasama diantara para
pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
d. Prinsip Praktis atau Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan prinsip praktis dan mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus
bisa diterapkan dalam praktek pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum, para pengembang
kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat dimana
kurikulum itu akan digunakan, meskipun gambaran situasi dan kondisi situasi tempat
itu tidak detail betul akan tetapi paling tidak gambaran umumnya harus
diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembang kurikulum untuk
mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis, memungkinkan untuk
diterapkan.
Salah satu kriterianya praktis itu
adalah efisien, tidak mahal. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan,
personil, dana, fasilitas, keberadaannya terbatas. Meskipun harus memenuhi
prinsip murah tetapi tidak diterjemahkan sesuatu yang murahan, akan tetapi
merujuk pada pengertian bahwa kurikulum itu harus dikembangkan secara efisien,
tidak boros, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Ini menyiratkan
bahwa akan terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah
penyelenggara pendidikan yang sifatnya relatif.
e. Prinsip Efektivitas
Prinsip ini merujuk pada pengertian bahwa
kurikulum itu selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Kurikulum bisa dikatakan adalah instrumen untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu jenis dan karakteristik tujuan yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan
tujuan akan mengarah dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem
evaluasi serta model konsep kurikulum yang akan digunakan. Disamping itu juga
mengarahkan dan memudahkan dalam implementasi kurikulum.
Masih dalam kaitannya dengan prinsip –
prinsip umum pengembangan kurikulum, Oliva (1992:31-45) dalam (Komaruddin dan
Kurniawan 2011:69-70) mengajukan sepuluh prinsip yang disebutnya Axiom, untuk
mewadahi keberagaman karakteristik tipe prinsip pengembangan kurikulum diatas.
Adapun kesepuluh prinsip (axioms) pengembangan kurikulum yang diajukan oliva
yaitu:
Ø Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan dan bahkan diperlukan.
Ø Kurikulum merupakan produk dari masa yang
bersangkutan.
Ø Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara
bersamaan bahkan tumpang tindih dengan kurikulum yang terjadi masa kini.
Ø Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil
sebagai akibat dan jika ada perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
Ø Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama
kelompok.
Ø Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses
menentukan pilihan dari sekian alternatif
yang ada.
Ø Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak
akan pernah berakhir.
Ø Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan
secara komprehensif, bukan aktifitas bagian per bagian yang terpisah.
Ø Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika
dilakukan dengan mengikuti suatu proses yang sistematis.
Ø Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari
kurikulum yang ada.
2.
Prinsip Khusus
Sebagaimana telah disebutkan dimuka,
bahwa prinsip khusus berkenaan dengan prinsip yang hanya berlaku ditempat
tertentu dan situasi tertentu. Prinsip khusus ini merujuk pada prinsip-prinsip
yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara khusus
(tujuan, isi, metode dan evaluasi) satu wilayah dengan wilayah lainnya, satu
jenis jenjang pendidikan dengan jenis dan jenjang pendidikan lainnya memiliki
karakteristik yang berbeda dalam beberapa aspek. Perbedaan ini tentu bisa
mengakibatkan adanya penggunaan prinsip-prinsip yang khas sesuai dengan situasi
dan kondisi setempat dan karakteristik jenis dan jenjang pendidikan tersebut.
Disamping prinsip-prinsip umum yang dijelaskan
dimuka. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum khusus lainnya yaitu merujuk
pada prinsip-prinsip pengembangan komponen-komponen kurikulum, yang mana antara
satu komponen dan komponen lainnya memiliki prinsip yang tidak sama. Dibawah
ini akan diuraikan beberapa prinsip pengembangan kurikulum khusus yang
berkaitan dengan pengembangan komponen-komponen kurikulum merujuk pada tulisan
Sukmadinata (2012: 152-154) antara lain sebagai berikut:
a. Prinsip Yang Berkenaan Dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber
pada:
Ø Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat
ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan stategi pembangunan
termasuk di dalamnya pendidikan.
Ø Survai mengenai persepsi orang tua/ masyarakat
tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan
mereka.
Ø Survai tentang pandangan para ahli dalam
bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari
berbagai media massa.
Ø Survai tentang manpower (sumber daya manusia/ tenaga
kerja).
Ø Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang
sama.
Ø Penelitian
b. Prinsip Yang Berkenaan Dengan Pemilihan Isi
Pendidikan
Beberapa
pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan kurikulum,
yaitu:
Ø Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke
dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu
perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman
belajar.
Ø Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
Ø Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang
logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu kognitif, sikap, dan
keterampilan, diberikan secara simultan dalm urutan situasi belajar
c. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Proses Belajar
Mengajar
Hal-hal
yang perlu diperhatikan untuk menentukan kegiatan proses belajar mengajar:
Ø Apakah metode/teknik belajar mengajar yang digunakan
cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
Ø Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan
yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
Ø Apakah metode/teknik tersebut dapat memberikan
urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
Ø Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan
kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
Ø Apakah metode/teknik
tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau
kedua-duanya?
Ø Apakah metode/teknik tersebut mendorong
berkembangnya kemampuan baru?
Ø Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan
kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber
belajar yang ada di rumah dan masyarakat?
Ø Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan
kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” disamping “learning by
seeing and knowing”.
d. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Media Atau Alat
Pengajaran
Beberapa
prinsip yang dapat dijadikan pegangan untuk memilih dan mengunakan media dan
alat bantu pembelajaran.
Ø Alat/media apa yang diperlukan? Apakah semuanya
sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya?
Ø Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan
bagaimana membuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, serta waktu
pembuatannya?
Ø Bagaimana pengorganisasian alat dan bahan pelajaran,
apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
Ø Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan
kegiatan belajar?
Ø Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan
multi media.
e. Prinsip Yang Berkenaan Dengan Penilaian
Penilain
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Setidaknya ada tiga
fase yang harus diperhatikan ketika merencanakan alat penilaian, menyusun alat
penilaian, dan pengelolaan hasil penilaian. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam fase perencanaan penilaian yaitu:
Ø Bagaimanakah karakteristik kelas, usia, tingkat
kemampuan kelompok yang akan di tes?
Ø Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
tes?
Ø Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau pilihan?
Ø Berapa banyak butir tes yang perlu disusun?
Ø Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau
murid?
Dalam penyusunan alat penilaian sebaiknya mengikuti
langkah-langkah berikut:
Ø Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ø Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang
dapat diamati.
Ø Hubungkan dengan bahan pelajaran.
Ø Tuliskan bitir-butir tes.
Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian.
Ø Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam
pengelolaan hasil tes.
Ø Apakah digunakan formula guessing?
Ø Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
Ø Skor standard apa yang akan digunakan?
Ø Untuk apakah hasil tes digunakan?
C. Fungsi
dan Peranan Pengebangan Kurikulum
1.
Fungsi Kurikulum
a. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru baru
sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah kurikulumnya.
Setelah kurikulum didapat pertanyaan berikutnya adalah Garis-Garis Besar
Program Pengajaran. Setelah Garis-Garis Besar Program Pengajaran ditemukan,
barulah guru mencari berbagai sumber yang bahan yang relevan atau yang telah
ditentukan oleh Depdiknas. Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka guru mestinya mencermati
tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan dimana ia bekerja.
Maka fungsi kurikulum bagi guru adalah antara lain:
Ø Sebagai pedoman kerja dalam menyusun atau
mengorganisasikan pengalaman belajar siswa
Ø Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi
terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang
dibutuhkan.
b. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina
sekolah
Kepala sekolah
merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tanggungjawab kurikulum.
fungsi kurikulum kepala sekolah dan para pembina sekolah lainnya adalah;
Ø Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi
supervisi yakni memperbaiki situasi belajar
Ø Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi
supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke
arah yang lebih baik.
Ø Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi
supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru atau pendidik agar dapat
memperbaiki situasi mengajar.
c. Fungsi kurikulum bagi orangtua anak didik
Kurikulum bagi
orang tua mempunyai fungsi agar orangtua dapat berpartisipasi membantu usaha
sekolah dalam memajukan putri-putrinya. Bantuan yang dimaksud dapat berupa
konsultasi langsung dengan sekolah atau guru mengenai masalah-masalah yang
menyangkut anak–anak mereka. Bantuan yang berupa materi dari para orangtua
dapat melalui lembaga BP3 dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, para
orangtua tersebut dapat mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak–anak
mereka dengan demikian partisipasi orangtua ini pun tidak kalah pentingnya
dalam menyukseskan proses belajar mengajar disekolah.
d. Fungsi kurikulum bagi sekolah
Fungsi kurikulum
dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua jenis tertentu, yakni;
1. Pemeliharaan keseimbangan proses
pendidikan
Pemahaman
kurikulum yang digunakan oleh suatu sekolah tertentu, sekolah pada tingkatan
diatasnya dapat melakukan penyesuaian di dalam kurikulumnya, yakni:
Ø Jika sebagian dari kurikulum sekolah
bersangkutan telah diajar pada sekolah yang berada di bawahnya, maka sekolah
dapat meninjau kembali atas perlu tidaknya bagian tersebut diajarkan
Ø Jika keterampilan–keterampilan tertentu yang
diperlukan dalam mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan pada
sekolah yang berada di bawahnya. sekolah dapat mempertimbangkan dalam
memasukkan program tentang keterampilan–keterampilan itu ke dalam kurikulum
nya.
2. Penyiapan Tenaga Kerja
Jika suatu
sekolah berfungsi menyiapkan tenaga pendidik bagi sekolah yang berada di
bawahnya, maka perlu sekali sekolah tersebut memahami kurikulum sekolah yang
berada di bawahnya, maka perlu sekali sekolah tersebut memahami kurikulum sekolah
yang berada di bawahnya.
3. Peranan kurikulum
Pada dasarnya
kurikulum merupakan refleksi dari kebudayaan dimana kurikulum itu berada.
Dengan memperhatikan struktur suatu kebudayaan, lebih memperjelas lagi untuk
membedakan suatu kurikulum yang satu dengan yang lainnya yaitu kurikulum yang
menggambarkan hal-hal yang bersifat pendidikan umum dan yang bersifat
pendidikan khusus.
D. Azas-azas
Pengembangan Kurikulum
1.
Asas Filosofis
Asas
filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum
hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau
filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang
berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan,
kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
Dalam
hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti
pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat
digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau
falsafah dalam arti praktis.
Dalam
penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan
Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang
pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan
hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala
kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya
tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan
penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada
hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.
2.
Asas Psikologi
Asas
psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi.
Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas
sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut
dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam
kurikulum sebagai berikut:
a. Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok
bidang agama
b. Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang
studi ekstra, sosial, bahasa, dan filsafat.
c. Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang
studi seni
d. Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang
studi etika, budi pekerti, Agama, dan PPKN.
e. Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan
penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.
f. Aspek karya (keprigelan) : Dikembangkn dengan
berbagai mata pelajaran keterampilan.
g. Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok
bidang studi kesehatan, olahraga.
h. Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek
lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
i.
Aspek karya :
Dikembangkan melalui pembinan bakat dan kerja madiri.
3.
Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi
Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar
individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka
mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial.
Sekolah
adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan
dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan
pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang
dan selalu berubah di dalam masyarakat.
4.
Asas Teknologi
Ilmu
pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk
kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik
yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
Kurikulum
tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan
teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien
proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih
bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa
mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system
penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang
peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media
cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet,
rekaman video, dan sebagainya.
Dengan
teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai
system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya
dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio,
pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
suatu negara bisa berkembang apabila pendidikan didalam cukup baik, karena
pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam negara-negara maju yang
pertama kali mereka titik tekankan adalah bagaimana pendidikan itu berkembang,
salah satu cara mereka mengembangkan kurikulum, karena pendidikan bisa berkembang
apabila kurikulumnya itu baik karena kurikulum meliputi rencana, tujuan, isi,
organisasi, strategi dalam pendidikan.
Kurikulum
adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara
sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
tertentu. Kurikulum selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun begitu,
kurikulum tetap mempunyai landasan/asas dan prinsip-prinsip dalam
pengembangannya.
Diantara
landasan/asas pengembangan kurikulum adalah Landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan sosial budaya dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Dan terdapat prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum, diantaranya ada
prinsip umum dan prinsip khusus.
B. Saran
Penulis memohon
maaf atas segala kehilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat
dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Dakir, 2004. Perencanaan dan
Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta : PT. Rineka Cipta
Darajat. 2006. Perencanaan dan
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka
Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen
Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek. Depok: PT Raja Grafindo Persada
Idi, Abdullah & Safarina, 2014.
Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.Depok: PT Raja Grafindo Persada
Nasution. 1990. Pengembangan
Kurikulum. Bandung : Citra Aditya Bakti
Soetopo, Soemanto. 1993. Pembinaan dan
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Subandijah. 1993. Pengembangan dan
inovasi kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sudiarja,A , 2006. Problematika
Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Supeno. 1995. Potret Guru. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Uhbiyati,Nur. 1998. Kurikulum dan
Pembelajaran. Semarang: Rineka Cipta
Salam dari biologi 16
ReplyDeleteSalam Konservasi
👍👍
ReplyDeleteSalam Lestari
ReplyDelete