Materi Mata Kuliah
PEMANENAN
HASIL HUTAN
“ Alur Pemanenan
Hasil Hutan ”
KHT B
INDRA
SETIAWAN
L131 16 119
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
“ TAHAPAN PEMANENAN HASIL HUTAN”
A. Latar
Belakang
Kegiatan
pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan produksi dan dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial dengan tujuan untuk
mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri stabil, dan
meningkatkan peluang kerja, meningkatkan
ekonomi local dan regional.
Menurut
Brown 1958 yang perlu dilakukan dalam perencanaan adalah pembangunan jaringan
angkutan, kebijakan financial, dan kemudian menetapkan biaya financial. Namun
menurut Wackerman 1966 agar tenaga kerja menjadi perhatian jika wilayah jauh.
Staaf
dan Wiksten 1984 menyebutkan bahwa perencanan pemanenan adalah keputusaan untuk
menetapkan seperangkat kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang, sedangkan
Conway 1982 menuliskan perencanaan pemanenan adlah tindakan yang perlu
dilakukan di masa datang yang diatur berdasarkan tahapan pemanenan yang paling
efisien dengan teknologi yang telah ditentukan dan dilaksanakan pada saat yang
ditetapkan untuk mengeluarkan kayu dari hutan.
1. Persiapan
Pemanenan
Tahap
persiapan meliputi pembagian blok tebang, penentuan luas, dan jumlah blok
tebang. Tujuan pembagian blok tebang adalah untuk memudahkan pengawasan
pemanenan hutan. Setelah perencanaan pemanenan ini maka selanjutnya pengukuran
diameter yang dimasukkan ke dalam daftar hasil pengukuran diameter yang disebut
klemstaat. Hasil pengukuran dituliskan di dua tempat yakni pada ketinggian
sekitar 1,3 (dbh) dan di bagian bawah pohon (banir).
2. Teknik
Penebangan
Penebangan
merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang
diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien
(Suparto, 1979). Tujuan penebangan adalah untuk mendapatkan bahan baku untuk
keperluan industri perkayuan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik.
Secara umum
pekerjaan dalam penebangan meliputi :
a. Membersihkan rintangan
Untuk
menghindari bahaya kecelakaan, kerusakan alat dan mempermudah pekerjaan penebangan; maka sebelum mulai
menebang, tumbuhan bawah semak-semak, batu-batu, pasir atau tanah dan
sebagainya perlu dibersihkan.
b. Menentukan arah rebah
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam menentukan arah rebah pohon antara lain topografi,
angin dan keadaan pohon itu sendiri.
Hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan arah rebah adalah :
• Keadaan pohon,
posisi tumbuhnya pohon, keadaan percabangan dan tajuknya
• Keamanan
pekerja, jangan merebahkan pohon ke tempat kerja regu lain, jarak tebang regu
satu dengan yang lain sekurangkurangya dua kali tinggi pohon.
• Kedaan
lapangan, untuk mengurangi tekanan berat pohon waktu rebah, usahakan
jatuhnya pohon ke arah lereng bukit yang
datar/rata.
• Keselamatan
kayu, batang waktu jatuh usahakan jangan sampai menimpa batu, tonggak batang
selokan/parit atau batang kayu yang lain.
• Menyakut pada
pohon lain. • Arah penyaradan, usahakan arah rebah pohon searah dengan jalan
sarad.
c. Membuat takik rebah
Setelah
pembersihan dan penentuan arah rebah dilakukan, selanjutnya kita membuat takik
rebah. Takik rebah adalah kowakan yang dibuat serendah mungkin pada pangkal
batang, dengan maksud agar sisi bagian tersebut manjadi lemah kehilangan
penunjang sehingga pohon mudah rebah ke arah yang telah ditentukan.
Pembuatan takik
rebah dapat dilakukan dengan alat konvensional yaitu gabungan kapak gergaji potong atau gergaji
mesin. Takik rebah terdiri dari alas takik rebah yang dibuat dengan pemotongan
arah mendatar, atap takik rebah dibuat arah pemotongan miring hingga bertemu
dengan alas takik.
Fungsi takik
rebah adalah sebagai berikut :
§ Mengarahkan rebahan pohon yang ditebang
§ Mengendalikan batang yang sedang rebah sesuai bentuk
takik
§ Penuntun terciptanya suatu engsel setelah takik
balas dibuat dan menentukan takik rebah
§ Mencegah terjadinya ungkitan pada tunggul
§ Menebang
pohon berbagai ukuran diameter.
d. Membuat takik balas
Setelah takik
rebah dibuat kita juga membuat takik balas. Takik balas adalah keratan datar
yang dibuat dari arah yang berlawanan dengan takik rebah, dengan maksud agar
kekuatan serat-serat kayu pada bagian tersebut menjadi lemah sehingga
mempermudah rebahnya pohon. Takik balas harus dibuat lebih tinggi dari pada alas
takik rebah kira-kira 1/10 diameter pohon, dalamnya pengeratan tergantung
besarnya diameter pohon yaitu antara 6/10 – 7/10 diameter pohon.
e. Teknik Pembagian Batang ( Bucking)
Setelah anda
memahami teknik penebangan dan langkah selanjutnya kegiatan pemanenan hasil
hutan / kayu berupa pembagian batang. Pembagian batang (bucking) adalah
pemotongan batang pohon setelah ditebang menjadi sortimensortimen dengan ukuran
tertentu. Tujuan dari”bucking” atau pembagian batang untuk mendapatkan nilai
tambah (added value) pohon kayu bulat bernilai tinggi dan laku dipasaran dengan
penerapkan manajemen batang per batang. Pengukuran
dan pembagian batang harus dilakukan sebelum pemotongan batang. Pemotongan
batang harus tegak lurus sumbu batang, tidak boleh miring melebihi 10°.
3. Pembuatan
Jalan Sarad
Pembukaan jalan sarad dan TPn adalah kegiatan
pembersihan pohon dan semak yang akan menghalangi jalur jalan sarad atau lokasi
TPn. Jalan sarad merupakan prasarana perlintasan kayu hasil penebangan yang
sifatnya tidak permanen, sehingga jalan sarad dibuat sesederhana dan seminimal
mungkin akan tetapi memadai untuk dipergunakan sebagai fasilitas keluarnya kayu
hasil tebangan hingga berakhirnya kegiatan tebangan pada petak tersebut. Jalan
sarad dan TPn dibuka berdasarkan perencanaan di atas peta dan
mematuhi/mengikuti tanda tanda yang diberikan di lapangan. Tujuan pembukaan
jalan sarad dan TPn adalah memberikan fasilitas kepada traktor penyarad untuk
menarik kayu dari lokasi rebahnya pohon serta mengumpulkannya pada lokasi yang
telah ditentukan.
4. Penyadaran
Penyaradan
merupakan aktivitas penarikan kayu dari lokasi rebahnya pohon menuju
tempat-tempat pengumpulan kayu sementara (TPn), yang merupakan bagian dari
rangkaian kegiatan pemungutan kayu pada kegiatan operasional logging Tujuan
dari penyaradan dalam konteks RIL ini adalah mengumpulkan kayu hasil tebangan
dari lokasi rebahnya pohon ke TPn dengan meminimalkan terbukanya lantai hutan
dan kerusakan pada tegakan tinggal.
5. Pengulitan
kayu (debarking) dan pemasangan paku “S”
Pengulitan kayu
adalah kegiatan pengupasan kulit kayu pada log yang sudah ditebang dan berada
di TPn yang berada di dalam blok tebangan. Pemasangan paku S adalah pemasangan
plat besi/plastik berbentuk huruf S pada kedua ujung log atau bontos. Pengulitan
kayu ini bertujuan agar kayu/log yang ditebang tidak diserang oleh serangga
pengebor kayu (borer) sehingga kualitas kayu tidak menurun, seperti diketahui
bahwa kulit kayu pada log merupakan tempat tinggal dan berbiak serangga pengebor
kayu (borer) tersebut. Pemasangan paku S ini bertujuan untuk menghindari
semakin parahnya pecah ujung pada log, sehingga menurunkan kualitas log itu
sendiri.
Pengulitan
kayu dilakukan oleh satu orang atau lebih pada sebatang log dengan menggunakan
alat semacam linggis yang bermata pipih dan lebar untuk mencongkel kulit kayu
agar lepas dari batang/log. Pengulitan dilakukan dengan sistem prioritas: “first
come first service” hanya khusus untuk kayu-kayu jenis Meranti. Pemasangan paku
S dilakukan oleh satu orang pada semua log di TPn yang mengalami gejala pecah
ujung (split). Paku S dipukul dengan palu pada posisi melintang di bagian kayu
yang retak/pecah.
6. Pengangkutan
Pengangkutan
adalah merupakan rangkaian kegiatan transportasi kayu/log dari TPn di dalam blok
tebangan dengan menggunakan logging truck menuju TPK atau logpond di luar blok
tebangan. Tujuan dari pengangkutan ini adalah untuk mengumpulkan log dari dalam
blok tebangan menuju lokasi-lokasi penumpukan kayu/logpond/TPK diluar blok tebangan
untuk menunggu tranportasi selanjutnya menuju industri pengolahan kayu
(pabrik).
Cara Kerja :
§ Menentukan lokasi estafet bongkar muat log dari blok
tebangan sampai log pond seefektif mungkin untuk penghematan biaya.
§ Menggunakan sistem prioritas: “first come first out”
untuk jenis-jenis yang kurang awet
§ Memuat log yang telah dikuliti dengan menggunakan
loader ke atas logging truck sesuai dengan kapasitas dan kemampuan alat.
§ Menjalankan logging truck yang telah terisi log
menuju lokasi TPK yang telah ditentukan dan membongkar log pada TPK tersebut
untuk transportasi selanjutnya.
7. Rehabilitasi
Paska Panen
Rehabilitasi
paska panen adalah serangkaian kegiatan pada areal bekas tebangan yang menitik beratkan pada kegiatan pembersihan alur-alur air atau badan
air lainnya yang tersumbat oleh
limbah penebangan (cabang, ranting, tanah
dll), pemungutan
sampah-sampah polutan (kaleng, plastik dll), serta penanaman kembali plot-plot
tanah kosong atau perlu pengayaan/rehabilitasi jika diperlukan.
Rehabilitasi
paska panen ini bertujuan untuk sedapat mungkin mencegah kerusakan yang lebih
parah pada areal bekas tebangan tersebut, karena areal bekas tebangan tersebut
masih merupakan aset kekayaan HPH untuk masa rotasi tebangan berikutnya.
Referensi
Daftar Pustaka Jurnal :
a)
Conway, 1978 : “Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk memindahkan kayu dari
hutan ketempat pengolahan kayu”.
b)
Elias (2002), Sistem pemanenan: Sekelompok cara yang umumnya merupakan
kombinasi metode penebangan, angkutan minor/major, dan tenaga penggerak
kegiatan utama untuk memindahkan tegakan dari tempat tumbuhnya tegakan menuju
tempat yang dikehendaki.
c)
Grammel, 1988 : “Pemanenan kayu adalah pemanfaatan yang rasional dan
penyiapan suatu bahan baku dari alam
menjadi sesuatu yang siap dipasarkan untuk bermacam-macam kebutuhan
manusia”.
d)
Suparto, 1982 : “Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan kehutanan
yang mengubah pohon menjadi bentuk yang
dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan
masyarakat”.
e) TPTI, 1993, Penebangan adalah
kegiatan pengambilan kayu pohon dalam tegakan yang berdiameter sama atau lebih
besar dari diameter yang ditetapkan.
Referensi
Buku :
Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI, Kurikulum 2013 : “Pemanenan Hasil Hutan, Paket Keahlian:
Teknik Produksi Hasil Hutan”
Comments
Post a Comment