Portal rimbawan - Perkembangan teknologi tidak bisa dihentikan oleh siapa pun termasuk manusia. Fakta itu memang benar. Saat ini perkembangan manusia sudah mencapai era digital. Seperti proses evolusi manusia, era digital pun terus bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Pengguna dunia digital pun merambah ke berbagai usia dan kalangan masyarakat.
Bicara soal usia, era digital kini telah merambah ke usia dini atau anak-anak. Pengenalan teknologi terhadap anak bisa dianggap sebagai kemajuan sekaligus kemunduran. Banyak orang tua yang sebetulnya mengkhawatirkan anak-anak mereka justru terpengaruh hal negatif dari kemajuan digital. Lantas harus bagaimana kita sebagai masyarakat moderen menyingkapinya.
Salah implementasi berujung fatal, kita mungkin risih melihat gaya hidup orang zaman sekarang yang sangat bergantung kepada gadgetnya. Tiada hari tanpa memandang gadget, inilah kiasan yang cocok untuk ditujukan kepada orang zaman sekarang. Saat sedang sendiri atau berkumpul bersama keluarga, menggunakan gadget tetap jalan terus.
Memang tidak salah menggunakan gadget sebagai penunjang gaya hidup atau pekerjaan. Namun, harus diingat jika kita salah dalam menerapkan dan menempatkan diri, maka akan berujung fatal. Coba bayangkan situasi tersebut pada anak-anak.
Para orang tua mungkin memiliki tujuan mulia saat memberikan gadget pada si anak, tapi sedikit diantaranya yang sadar akan bahayanya. Berita hoax, ujaran kebencian, konten dewasa, cyber bullying, hal-hal tersebut dapat dijumpai dengan mudah di dunia digital. Rasanya mustahil jika memberikan bekal hanya dalam bentuk wejangan saja. Para orang tua juga harus memiliki kedekatan emosional dengan si anak agar perhatiannya tidak terfokus pada gadget saja. Literasi media pun dapat diajarkan oleh guru-guru di sekolah sebagai langkah pencegahan dan membantu orang tua dalam mendidik anak mereka.
Ragam konten negatif yang ada di dunia digital memang memiliki potensi berbahaya. Namun jika dikaji lebih dalam, sesungguhnya pendekatan emosional antara orangtua dan anak bisa menjadi penangkalnya. Bantulah si anak mengeksplorasi dan mengembangkan minat serta bakatnya dengan melakukan kegiatan bersama.
Hal tersebut dapat mengalihkan minat si anak ketika orang tua dalam mengeksplorasi konten negatif di dunia digital. Justru orang tua harus dapat memposisikan dirinya sebagai menjadi sahabat si anak yang bisa menjadi tempat curhat dan memberi masukan. Jangan kekang mereka tanpa alasan yang tepat karena kemungkinan anak akan membangkang dan justru mencari pembenarannya sendiri.
Orang tua memang kerap memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi label, mengancam, menasihati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, dan menganalisa anaknya. Jarang sekali orang tua yang justru memperhatikan kejiwaan sang anak. Jika hanya memberikan gadget karena anak merengek, bisa jadi itulah awal dari kesalahan orang tua.
Sudah saatnya bagi para orang tua untuk memberikan pengertian serta contoh nyata dalam mendidik anak, dengan atau tanpa gadget. Kita semua tentu tidak menginginkan anak memilih untuk mencari pelarian ke gadget ketimbang ke orang tuanya sendiri.
Baca Juga : Gunung itu Romantis
Baca Juga : Gunung itu Romantis
Generasi digital ialah mereka yang lahir pada zaman digital dan berinteraksi dengannya pada usia dini (Digital Native). Anak-anak yang lahir pada zaman ini, paling tidak memiliki 3 karakter ini dalam dirinya:
1. Cenderung lebih terbuka, blak-blakan dan open mind
2. Tidak masalah membuka privasi, malah berlomba-lomba membukanya di media sosial
3. Gila kebebasan, tidak mau dikekang dan sulit untuk diatur
Kedatangan era digital ini pastinya cepat atau lambat akan mengubah pola parenting orang tua. Paling tidak terdapat 5 strategi penting dalam mendidik anak usia dini di era digital, yaitu Memahami Konsep Pendidikan, Menguasai Metode Belajar, Kreatif dalam Memilih Teknis Belajar, Ketepatan dalam Memilih Sarana Belajar dan Memilih Sekolah yang Tepat.
Banyak orang tua merasa sulit untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, terutama untuk orang tua yang bekerja. Tapi orang tua harus bersedia berkorban demi kemajuan pendidikan anaknya.
Jangan pernah memperkenalkan anak dengan android atau gadget. Misalnya anak sedang nangis atau marah jangan sekali-kali membujuknya dengan sebuah gadget. Gadget dapat membuat anak memiliki sifat yang emosionla dan sulit untuk diatur. Betapa besar peran digital dalam membentuk kepribadian seorang anak saat ini.
Lihatlah beberapa tips berikut ini yang akan membantu Anda memastikan bahwa anak Anda menerima jenis pendidikan yang diajarkan dengan benar dalam menghadapi Era Digital saat ini.
(sumber foto : appletreebsd.com)
Pertama, Anda harus memahami kemampuan anak Anda. Anda perlu memahami kemampuan mereka sebelum Anda mulai mengajari mereka sesuatu yang baru. Setiap anak memiliki kebutuhan, kemampuan dan kekuatan yang berbeda. Sangat penting untuk memahami anak Anda sendiri dan tidak membandingkannya dengan anak-anak yang lain. Beberapa anak mungkin memiliki kecepatan belajar yang lebih lambat dibandingkan dengan orang lain dan sebagai orang tua, Anda akan perlu mengidentifikasi itu. Luangkan waktu bersama anak Anda untuk memahami dirinya dan keterampilannya serta menilai seberapa tajam dia dalam memilah hal-hal baru. Anda harus memahami mereka jika Anda benar-benar ingin mereka belajar bisa belajar dengan baik. Pastikan bahwa lingkungan tempat anak Anda belajar adalah lingkungan belajar yang baik. Lingkungan sangat mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk belajar. Anak membutuhkan lingkungan yang memungkinkan dia untuk berkonsentrasi. Bermain dan belajar harus seiring sejalan, sehingga harus ada beberapa kegiatan bermain bersama dan beberapa kegiatan pendidikan. Tapi jangan memberikan gadget sebagai alat bermainnya.
Kedua, pastikan bahwa anak anda aman. Jangan memarahi mereka jika mereka membuat kesalahan, karena kesalahan adalah langkah pertama untuk memperbaiki kesalahan. Biarkan anak-anak belajar dari kesalahan mereka. Ini membantu mereka belajar progresif dan memperkuat landasan pendidikan mereka. Cobalah untuk menjaga kepentingan mereka dengan membuat proses belajar menyenangkan.
Ketiga, jika anda benar-benar ingin anak anda belajar, Anda perlu bersabar. Pikiran anak-anak masih berkembang dan Anda harus memberi mereka waktu. Anda harus konsisten dalam usaha Anda dan harus mengajar mereka bukan untuk kepentingan itu, tapi untuk memastikan bahwa mereka belajar sesuatu. Membangun ikatan positif dengan anak Anda sehingga dia merasa nyaman belajar dengan Anda. Jika Anda terlalu sibuk atau bersikap kasar kepadanya, anak Anda mungkin akan takut kepada Anda. Ini akan menghambat proses belajar dan anak mungkin akan kehilangan minat dalam pendidikannya.
Keempat, sebagai orang tua, anda harus aktif dalam membimbing anak dan memastikan mereka mendapatkan lembaga pendidikan yang tepat. Temukan sekolah terbaik untuk mereka, tapi Anda tetap harus membimbing mereka sepulang dari sekolah dan membantu mereka serta mengajarkan mereka hal-hal baru untuk mereka pahami.
Kelima, rasa penasaran anak-anak yang tinggi membuat mereka kerap bertanya dan mencari tahu diinginkan. Keingintahuan anak-anak ini akan berbahaya jika dibiarkan tanpa diawasi, terutama saat mereka sedang mengakses dunia digital. Dalam dunia ini, tidak ada lagi batasan, semuanya terbuka dan satu-satunya yang bisa menjada anak-anak adalah pengawasan dari orang tuanya. Bagian otak anak-anak yakni prefrontal korteks memang belum berkembang hingga usia 25 tahun. Fungsi bagian tersebut mencakup pertimbangan konsekuensi, norma, penilaian baik dan buruk, prediksi, hingga pengendalian keinginan. Gadget kerap memberikan efek rewarding yang membuat cairan dopamin berlimpah hingga mengganggu fungsinya. Inilah yang menyebabkan rasa penasaran seorang anak kerap tidak terbendung meski sudah ada larangan. Untuk itu orang tua harus bekerja ekstra agar anak tidak ketergantungan dengan gadget.
Kelima, rasa penasaran anak-anak yang tinggi membuat mereka kerap bertanya dan mencari tahu diinginkan. Keingintahuan anak-anak ini akan berbahaya jika dibiarkan tanpa diawasi, terutama saat mereka sedang mengakses dunia digital. Dalam dunia ini, tidak ada lagi batasan, semuanya terbuka dan satu-satunya yang bisa menjada anak-anak adalah pengawasan dari orang tuanya. Bagian otak anak-anak yakni prefrontal korteks memang belum berkembang hingga usia 25 tahun. Fungsi bagian tersebut mencakup pertimbangan konsekuensi, norma, penilaian baik dan buruk, prediksi, hingga pengendalian keinginan. Gadget kerap memberikan efek rewarding yang membuat cairan dopamin berlimpah hingga mengganggu fungsinya. Inilah yang menyebabkan rasa penasaran seorang anak kerap tidak terbendung meski sudah ada larangan. Untuk itu orang tua harus bekerja ekstra agar anak tidak ketergantungan dengan gadget.
Demikianlah materi yang kami dapat paparkan, semoga bermanfaat!
Comments
Post a Comment