Ketakutan adalah salah satu anugerah dari banyaknya karunia dari sisi emosi yang
diberikan Tuhan. Ketakutan menyadarkan kita sebagai manusia bahwa
ketidakberdayaan dan masih membutuhkan yang namanya bantuan. Ketakutan menjadikan
manusia tetap sadar dan mawas diri. Ketakutan hadir dalam setiap aspek dan
periode kehidupan manusia.
Tak pandang bulu, ketakutan dirasakan oleh anak kecil hingga yang telah dewasa. Begitu banyak keberhasilan itu diraih karena mereka yang menyadari bahwa sejak awal ketakutannya karena bila ia tak melakukan apa-apa maka kehidupannya akan berakhir dalam kemuraman. Inilah salah satu berkah dari ketakutan.
Tak pandang bulu, ketakutan dirasakan oleh anak kecil hingga yang telah dewasa. Begitu banyak keberhasilan itu diraih karena mereka yang menyadari bahwa sejak awal ketakutannya karena bila ia tak melakukan apa-apa maka kehidupannya akan berakhir dalam kemuraman. Inilah salah satu berkah dari ketakutan.
Ketakutan jika hadir
secara berlebihan dapat mengakibatkan dampak yang signifikan, ia dapat
melahirkan phobia. Oleh karena itu, perlu kiranya harus bisa mengontrol agar
tetap berimbang, dan tidak berat pada satu sisi saja.
Para ahli psikolog
membagi masa hidup manusia dalam tiga periode: masa kanak-kanak masa dimana
manusia lebih mengandalkan emosi karena perkembangan kognisi yang belum
sempurna dan tidak mengherankan jika sifat khas dari anak-anak adalah menangis
atau merenggek jika keinginan mereka tak dipenuhi. Selanjutnya masa remaja,
masa dimana para pribadi membentuk karakter yang khas dan jika memiliki umur
yang panjang akan menuju pada masa dewasa. Masa dewasa merupakan fase tenang
karena ia telah menjadi bijaksana karena tempaan hidup yang telah dilewati.
Supaya manusia
tidak merana dan frustasi untuk melewati ketiga fase tersebut, Tuhan yang Maha
Pengasih telah memberikan tools akal yang membuat manusia dapat membedakan
perkara benar atau salah, emosi yang digunakan untuk merasakan atmosfer
terhadap suatu kejadian, juga organ tubuh yang menyebabkan manusia dapat meniti
jalan kesempurnaan secara aktual dan faktual.
Mengenai
phobia, jika menelisik lebih jauh sebenarnya phobia yang dialami seseorang
tidaklah rasional. Karena seseorang yang memiliki phobia terhadap kecoa
misalnya, padahal kecoa sendiri tidak dapat mengancam nyawa kita. Jadi phobia
lahir dari ketidakmampuan manusia berpikir rasional ketika berhadapan dengan
objek yang ditakutinya.
Penyebab phobia
sendiri bisa bermacam-macam, bisa karena budaya yang tak rasional, seperti
teror ketakutan akan setan/hantu yang ada di pedesaan, kebencian yang tak
diungkapkan atau ketidakmampuan mental seorang anak membedakan objek yang
benar-benar mengancam.
Mengutip dari
Freud, inti dari phobia adalah “ketakutan lahir dari keinginan terepresi, yang
ditekan ke dalam alam bawah sadar.” Dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya
phobia itu diciptakan, bukan lahir secara alamiah. Ia lahir dari proses belajar
dalam periode tertentu sampai ia tertanam menjadi kuat dan terefleksi dalam
tindakan keseharian.
Hendaknya harus
mengakui secara jujur bahwa kita memang takut pada sesuatu dan hendaknya lebih
berfikir secara rasional kenapa objek tersebut dapat membuat kita takut. Pahami
latar belakang phobia tersebut dan lawan. Jangan biarkan mereka terus hidup
dalam pikiran kita. Lawan secara perlahan dan pahamilah bahwa tidak seharusnya
kita merasakan ketakutan itu.
Rasa takut
sebenarnya tidak ada namun memberi kesan seolah ada. Tidak ada yang perlu
ditakuti, karena apa yang mesti terjadi sudah pasti terjadi. Mereka yang takut
hidup, berusaha untuk mengakhirinya, padahal tanpa diakhiri pun hidup juga
pasti akan berakhir.
Comments
Post a Comment