I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pembukaan
wilayah hutan adalah salah satu kegiatan pengelolaan hutan yang menyediakan prasarana/infrastruktur
untuk melancarkan kegiatan pengelolaan hutan, sehingga dapat terwujud
pengelolaan hutan lestari (elias, 2007). Pembukaan wilayah hutan mempunyai
fungsi untuk mempermudah penataan hutan; mempermudah pengangkutan pekerja,
peralatan, dan bahan-bahan keluar masuk hutan; mempermudah kegiatan pembinaan
hutan; mempermudah kegiatan pemanenan hutan, penebangan, penyaradan,
pengumpulan, dan pengangkutan, serta mempermudah kegiatan hutan lainnya. Konsep
pembangunan PWH adalah dalam perencanaan, pelaksanaan pembuatan dan
pemeliharaan prasarana PWH harus memperhatikan aspek teknis, ekonomis, dan
ekologis secara terpadu dalam 4 bidang, yaitu:
- Perencanaan
hutan,
- Penataan areal
hutan,
- Pembukaan wilayah
hutan, dan Pemilihan sistem pemanenan kayu
Perencanaan hutan adalah suatu
bagian proses pengelolaan hutan untuk memperoleh landasan kerja dan landasan
hukum agar terwujud ketertiban dan kepastian hukum dalam pemanfaatan hutan
sehingga menunjang diperolehnya manfaat hutan yang optimal, berfungsi serbaguna
dan pendayagunaan secara lestari. Operasi di bidang kehutanan adalah merupakan
kegiatan yang sangat kompleks, hal ini memerlukan perencanaan yang matang dan
banyak keputusan
harus
diambil sebelum kegiatan yang dimaksud dilaksanakan. Perencanaan jangka panjang
harus dikembangkan jauh sebelum kegiatan dimulai, pengetahuan tentang hasil
inventarisasi dari sumber hutannya, keadaan topografi, kondisi tanah dan lain
sebagainya. Perencanaan ini harus menggaris bawahi tentang lokasi dari jaringan
jalan hutan termasuk jalan cabang yang dipertimbangkan sesuai dengan system
logging yang akan diselenggarakan atau system lain yang diterapkan pada
pemungutan hasil hutan.
Konsep PWH adalah perpaduan teknik, ekonomis dan
ekologis dari pembukaan dasar wilayah hutan, pembukaan tegakan dan system
penanaman, pemeliharaan, penjarangan dan pemanenan akhir. Dengan konsep/strategi PWH tersebut, maka
didalam perencanaan dan pelaksanaan PWH harus memperhatikan tujuan dan
pemamfaatan pembangunan sarana dan prasarana PWH. Misalnya dalam pembangunan
jalan hutan untuk keperluan reboisasi hutan yang rusak, tujuan PWH-nya adalah
untuk penanaman dan pemeliharaan hutan serta pengangkutan pekerja dan
bahanbahan keluar masuk hutan. Jadi pemanfaatan jalan tersebut pada umumnya
untuk lalulintas kendaraan ringan, sehingga tidak perlu dibangun jaringan jalan
yang intensif dan standar jalan yang tinggi.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa
dapat mengetahui proses dalam pembuatan trace jalan dan bagaim ana proses serta
perencanaan yang dilakukan.
Adapun kegunaan dilakukan praktikum ini yaitu agar
mahasiswa dapat dan mampu mengetahui perencanaan dalam pembuatan terace jalan.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Jalan Hutan
Operasi di bidang kehutanan adalah merupakan
kegiatan yang sangat kompleks, hal ini memerlukan perencanaan yang matang dan
banyak keputusan harus diambil sebelum kegiatan yang dimaksud dilaksanakan.
Perencanaan jangka panjang harus dikembangkan jauh sebelum kegiatan dimulai,
pengetahuan tentang hasil inventarisasi dari sumber hutannya, keadaan
topografi, kondisi tanah dan lain sebagainya.
Perencanaan ini harus menggaris bawahi tentang
lokasi dari jaringan jalan hutan termasuk jalan cabang yang dipertimbangkan
sesuai dengan system logging yang akan diselenggarakan atau system lain yang
diterapkan pada pemungutan hasil hutan.( Fakultas kehutanan IPB 1997)
Yang dimaksud “Jalan Hutan” pada tulisan ini, adalah
jalan yang dibangun di hutan untuk melayani tumbuhan hutan dan pemungutannya
dikemudian hari. Banyak telah dipublikasikan tentang desain, konstruksi dan
pemeliharaan dari jalan umum/highway, tetapi sangat sedikit diketahui tentang
jalan hutan dalam hubungannya dengan pemungutan hasil hutan yang harus dilayaninya,
tentang kondisinya sehingga dapat memuaskan pekerjaan yang bersangkutan.
(Department of Forestry ) Operasi di bidang
kehutanan termasuk juga pemungutan di hutan alam, penghutanan kembali dari
areal bekas tebangan atau juga penghijauan di areal non hutan atau penanaman di
hutan buatan (man made forest). Manajer
operasi seyogyanya harus memilih antara tebang habis atau tebang
pilih, terkecuali jika dibatasi oleh peraturan pemerintah atau pertimbangan
ekonomi. Ia harus dapat memutuskan pilihan penggunaan alat atau mesin yang
digunakan pada penebangan dan transportasi log ke samping jalan, ukuran dari
mesin yang digunakan sehingga dapat menentukan standar jalan yang sesuai.
Pembuatan jalan hutan hendaknya ditinjau dari segi
ekonomi dalam hubungannya dengan
kesulitan tentang kelerangan dan temporarinya penggunaan jalan ini. Utamanya,
diluar persoalan, dapat diberikan pelindung pada jalan ini dengan penutupan
oleh aspal atau ter atau semen yang sudah pasti memerlukan biaya sangat besar.
Oleh karenanya perencanaan pembuatan jalan hutan tidak sama metodanya dengan
pembuatan jalan umum yang terkadang memakai metoda yang memerlukan biaya sangat
tinggi, tetapi juga tidak sama sekali mengesampingkan metoda itu. Jalan hutan
memerlukan keahlian khusus dan pengetahuan yang masak dari daerah yang
bersangkutandari seorang rimbawan. Keberhasilan suatu eksploitasi sangat
tergangtung kepada biaya pembangunan jalan hutan dan banyaknya jaringan jalan
itu untuk melayani angkutan log.
2.2
Perencanaan
dan Pembuatan Jalan Hutan
Jaringan jalan hutan direncanakan pertama pada peta
topografi dan kemudian kerjakan di lapangan dengan menggunakan kompas,
klinometer, cat atau kaset lesu (Parsakhoo
et al., 2010) . Tidak seperti
halnya jalan yang dipergunakan untuk umum jalan hutan hanya melayani sedikit
keperluan. Intensitas lalu lintas yang jarang, kebanyakan lalu lintas satu
arah, kadang-kadang digunakan untuk menaikan kayu, jarang mempunyai daerah
untuk berpapasan kalau jalan itu digunakan dua arah, biasanya lalu lintas yang
terjadi adalah truk yang panjang dan berat. Pada pengusahaan hasil hutan,
setiap jalan atau bagian jalan, tidak mempunyai aturan seperti jalan umum.
Sifat dari tiap bagian jalan tergantung kepada fungsi dari jalan tersebut,
yaitu melayani konsesi hutan khususnya dalam hal eksploitasi. Objek dari
pekerjaan eksploitasi adalah pemindahan kayu hasil tebangan ke tempat-tempat
khusus atau tempat pelegoan, terkadang juga melayani kegiatan lain di bidang
kehutanan. Log yang terdekat, dihela ke tempat landing atau semacam depot yang
dapat dilalui oleh truk. Setiap tempat landing dihubungkan oleh jalan tebang
yang akan mengangkut kayu kemudian ke jalan yang lebih besar, sampai ke tempat
pelegoan berupa jalan umum atau sungai atau jalan rel permanen. Jalan untuk
keperluan eksploitasi, secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
•
Jalan Utama (main
roads)
•
Jalan cabang /anak
jalan (secondary roads)
•
Jalan ranting (feeder
roads/brand roads)
Untuk setiap jalur jalan, profil dan irisan
melintangnya perlu terlebih dahulu direncankan, sifat-sifat khusus yang harus
ditentukan antara lain: Peta dari jaringan jalan, profil longitudinalnya,
bentuk irisan melintangnya yang member petunjuk tentang kedudukan
tanjakan/turunan, penimbunan dan galian, tikungan dan sebagainya. Jalan hutan,
sebagaimana halnya jalan umum yang permukaan diperkeras, merupakan struktur
engineering; yang terdiri dari dua bagian: Lapisan bawah (subgrade) dan lapisan
lantai (pavement).
2.3
Tikungan/Belokan
Rute jalan hutan biasanya mengikuti keadaan
daerahnya, menelusuri sejajar kontur. Untuk mengikuti kontur tersebut tentu
akan mengakibatkan jalan sangat panjang dan tidak ekonomis. Dengan demikian
jalan dapan melintasi lembah ataupun
puncak bukit agar jalan tidak terlalu panjan dan dapat menghemat
biaya/ekonomis. Hal ini menyebabkan jalan terlalu terjal atau curam, maka pada
lembah yang dilalui perlu dilaksanakan pengurungan atau penimbunan yang
bahannya dapat diperoleh dari puncak bukit yang digali karena terlalu
tinggi. Tikungan merupakan suatu busur
lingkaran untuk menghilangkan tajamnya sudut pertemuan antara dua garis lurus.(
Sukirman, Silvia, 1999)
Titik pertemuan antara dua garis lurus di lapangan,
ada yang bisa dicapai dan ada yang tidak. Titik yang bias dicapai dilapangan
sangat mempermudah pembuatan busur lingkaran tikungannya karena dengan membagi
dua sama besar sudut yang terbentuk dan menarik garis baginya, pada garis
inilah terletak titik pusat lingkaran dengan jarijari yang sangat bervariasi
besarnya.
Pembuatan tikungan/belokan (curve) harus
direncanakan sesuai dengan keperluan pemakai tikungan tersebut, yaitu menjamin
keselamatannya. Terdapat tiga (3) masalah yang perlu diperhatikan pada saat
menikung:
a. Kestabilan kendaraan pada saat menikung,
b. Jarak pandang di tikungan,
c. Kemampuan kendaraan/pengemudi menghadapi
tikungan.
Selain perlu mempertimbangkan ke tiga factor diatas,
perlu dipertimbangkan pula keadaan yang memaksa pada suatu tikungan dibuat
tanajkan atau turunan,maka disini, selain gaya sentrifugal yang bekerja, juga
gaya grafitasi, yang mempengaruhi kestabilan kendaraan.
2.4
Jaringan
Jalan di Daerah Berbatu
Di wilayah hutan pegunungan, pembangunan jalan
sangat sulit dilakukan, karena jumlah batu-batuan yang lebih besar
dari tanah yang ada. Pada wilayah ini,
sering dilakukan peledakan batu
menggunakan jasa agen peledak dengan metode tradisional seperti peledakan
dinamit dan non-peledak. Kemudian buldoser dan hidrolik excavator digunakan
untuk menghilangkan batu yang sudah hancur. Peledakan dilakukan secara
non-eksplosif, yaitu peledakan batuan dilakukan di dalam lubang dengan tujuan
untuk perlindungan pohon-pohon di zona yang berdekatan (Parsakhoo et
al., 2010)
Menurut (Parsakhoo
et al., 2010), Proses konstruksi
jalan hutan dapat dikelompokkan menjadi sepuluh langkah utama yaitu:
(1)
perencanaan jaringan,
(2)
mentransfer jaringan dari rencana ke tanah,
(3)
pemetaan, pengolahan data dan desain bagian,
(4)
rightof- cara penebangan,
(5)
perintis,
(6)
kanan dari arah penebangan,
(7)
kliring dan bersifat buaya,
(8)
penggalian dan tanggul,
(9)
tanah dasar finishing dan
(10)
permukaan.
III. METODE PRAKTIKUM
1.1
Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan praktikum keteknikan kehutanan
dilaksanakan pada hari, sabtu 27 april 2019 Pukul 08.00 sampai dengan selesai.bertempat
di Desa Daenggune, Kecamatan Kinovaru, Kabupaten Sigi.
1.2
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum
ini yaitu sebagai berikut :
1. Gps
Essensial, digunakan untuk menentukan ketinggian berapa saat pengukuran, untuk
memperoleh nilai X dan Y.
2. Meteran
Roll (30 m-50 m) dugunakan untuk mengukur jarak pembuata terace jalan.
3. Kompas,
digunakan untuk menentukan arah pada saat dilakukan pengukuran dan pembuatan
trace jalan.
4. Clino
meter,digunakan untuk mengetahui tinggi kelandaian pada terace jalan yang akan
dibuat.
5. Alat
tulis,digunakan untuk mencataat semua data yang telah diperoleh
6. Kamera,digunakan
untuk mengambil dokumentasi padasaan praktikum berlangsung
1.3
Cara
Kerja
1. Sebelum
melakukan pembuatan trace jalan, sebaiknya alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu
2. Setelah
alat dan bahan telah dilengkapi langsung menuju lokasi titik pertama pembuatan
trace jalan dengan mengambil titik koordinat menggunakan Gps Essensial,mengukur
jarak menggunakan meteran roll,
mengambil sudut arah titik mengguakan kompas, dan menentukan kelandaian
menggunakan clino meter.
3. Setelah
mengatur Gps tersebut,lanjut untuk mengambil ke titik awal dan didapatkan
koordinat X = 813133 dan Y = 9900133
4. Untuk
titik selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama pada saat pegambilan titik pertama,
untuk total pengambilan titik sebanyak 33 titik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun
hasil dari praktikum ini yaitu :
Tabel 1. Data Pratikum
No.
|
Titik
|
Jarak
|
Sudut
|
Kelandaian
|
1
|
T1-T2
|
30
|
64
|
17
|
2
|
T2-T3
|
25
|
65
|
6
|
3
|
T3-T4
|
21
|
63
|
6
|
4
|
T4-T5
|
19
|
64
|
9
|
5
|
T5-T6
|
17
|
45
|
14
|
6
|
T6-T7
|
13
|
40
|
4
|
7
|
T7-T8
|
12
|
9
|
10
|
8
|
T8-T9
|
12
|
5
|
7
|
9
|
T9-T10
|
8,5
|
3
|
2
|
10
|
T10-T11
|
21
|
64
|
12
|
11
|
T11-T12
|
12
|
11
|
2
|
12
|
T12-T13
|
11
|
18
|
5
|
13
|
T13-T14
|
9
|
16
|
23
|
14
|
T14-T15
|
9
|
11
|
15
|
15
|
T15-T16
|
9
|
9
|
19
|
16
|
T16-T17
|
9
|
11
|
11
|
17
|
T17-T18
|
18
|
12
|
6
|
18
|
T18-T19
|
16
|
14
|
15
|
19
|
T19-T20
|
11
|
14
|
9
|
20
|
T20-T21
|
11
|
14
|
10
|
21
|
T21-T22
|
9
|
12
|
4
|
22
|
T22-T23
|
17
|
14
|
11
|
23
|
T23-T24
|
13
|
15
|
1
|
24
|
T24-T25
|
13
|
18
|
5
|
25
|
T25-T26
|
13
|
16
|
4
|
26
|
T26-T27
|
14
|
18
|
5
|
27
|
T27-T28
|
23
|
17
|
14
|
28
|
T28-T29
|
11
|
18
|
3
|
29
|
T29-T30
|
19,5
|
19
|
3
|
30
|
T30-T31
|
20
|
21
|
3
|
4.2 Perhitungan
- Titik awal X∆ = 822119
1. X
T1-T2 = X∆ ± d T1T2 sin α
T1T2
= 822119 + 30 m sin 640
= 822119 + 30 m (0,89)
= 822119 + 26,7
= 822145,7
2. X
T2-T3 = XT1T2 ± d T2T3 sin
α T2T3
= 822145,7 + 25
m sin 650
= 822145,7 + 25
m (0,90)
= 822145,7 + 22,5
= 822168,2
3. X
T3-T4 = XT2T3 ± d T3T4 sin
α T3T4
= 822168,2+ 21
m sin 630
= 822168,2+ 21
m (0,89)
= 822168,2+ 18,6
= 822186,8
4. X
T4-T5 = XT3T4 ± d T4T5 sin
α T4T5
= 822186,8 + 19
m sin 90
= 822186,8 + 19
m (0,15)
= 822186,8 + 2,8
= 822189,6
5. X
T5-T6 = XT4T5 ± d T5T6 sin
α T5T6
= 822189,6 + 17
m sin 450
= 822189,6 + 17
m (0,70)
= 822189,6 + 11,9
= 822201,5
6. X
T6-T7 = XT5T6 ± d T6T7 sin
α T6T7
= 822201,5 + 13
m sin 400
= 822201,5 + 13
m (0,64)
= 822201,5 + 8,3
= 822209,8
7. X
T7-T78 = XT6T7 ± d T7T8 sin α
T7T8
= 822209,8 + 12
m sin 90
= 822209,8 + 12
m (0,15)
= 822209,8 + 1,8
= 822211,6
8. X
T8-T79 = XT7T8 ± d T8T9 sin α
T8T9
= 822211,6 + 12
m sin 50
= 822211,6 + 12
m (0,08)
= 822211,6 + 0,9
= 822212,5
9. X
T9-T710 = XT8T9 ± d T9T10 sin α
T9T10
= 822212,5 + 8,5
m sin 30
= 822212,5 + 8,5
m (0,05)
= 822212,5 + 0,4
= 822212,9
10. X
T10-T711 = XT9T10 ± d T10T11 sin
α T10T11
= 822212,9 + 21
m sin 640
= 822212,9 + 21
m (0,89)
= 822212,9 + 18,6
= 822231,5
11. X T11-T712 = XT10T11 ± d T11T12 sin α T11T12
= 822231,5 + 12
m sin 110
= 822231,5 + 12
m (0,19)
= 822231,5 + 2,2
= 822233,7
12. X
T12-T713 = XT11T12 ± d T12T13 sin
α T12T13
= 822233,7 + 11
m sin 180
= 822233,7 + 11
m (0,30)
= 822233,7 + 3,3
= 822237
13. X
T13-T714 = XT12T13 ± d T13T14 sin
α T13T14
= 822237 + 9
m sin 160
= 822237 + 9
m (0,27)
= 822237 + 2,4
= 822239,4
14. X
T14-T715 = XT13T14 ± d T14T15 sin
α T14T15
= 822239,4 + 9
m sin 110
= 822239,4 + 9
m (0,19)
= 822239,4 +
1,7
= 822241,1
15. X
T15-T16 = XT14T15 ± d T15T16
sin α T15T16
= 822241,1 + 9
m sin 90
= 822241,1 + 9
m (0,15)
= 822241,1 + 1,3
= 822242,4
16. X
T16-T17 = XT15T16 ± d T16T17
sin α T16T17
= 822242,4 + 9
m sin 110
= 822242,4 + 9
m (0,19)
= 822242,4 + 1,7
= 822244,1
17. X
T17-T18 = XT16T17 ± d T17T18
sin α T17T18
= 822244,1 + 18
m sin 120
= 822244,1 + 18
m (0,20)
= 822244,1 + 3,6
= 822247,7
18. X
T18-T19 = XT17T18 ± d T18T19
sin α T18T19
= 822247,7 + 16
m sin 140
= 822247,7 + 16
m (0,24)
= 822247,7 + 3,8
=
822251,5
19. X T19-T20 =
XT18T19 ± d T19T20 sin α T19T20
= 822251,5 + 11
m sin 140
= 822251,5 + 11
m (0,24)
= 822251,5 + 2,6
= 822254,1
20. X
T20-T21 = XT19T20 ± d T20T21
sin α T20T21
= 822254,1 + 11
m sin 140
= 822254,1 + 11
m (0,24)
= 822254,1 + 2,6
= 822256,7
21. X
T21-T22 = XT20T21 ± d T21T22
sin α T21T22
= 822256,7 + 9
m sin 120
= 822256,7 + 9
m (0,20)
= 822256,7 + 1,8
= 822258,5
22. X
T22-T23 = XT21T22 ± d T22T23
sin α T22T23
= 822258,5 + 17
m sin 140
= 822258,5 + 17
m (0,24)
= 822258,5 + 4,0
= 822262,5
23. X
T23-T24 = XT22T23 ± d T23T24
sin α T23T24
= 822262,5 + 13
m sin 150
= 822262,5 + 13
m (0,25)
= 822262,5 + 3,2
= 822265,7
24. X
T24-T25 = XT23T24 ± d T24T25
sin α T24T25
= 822265,7 + 13
m sin 180
= 822265,7 + 13
m (0,30)
= 822265,7 + 3,9
= 822269,6
25. X
T25-T26 = XT24T25 ± d T25T26
sin α T25T26
= 822269,6 + 13
m sin 160
= 822269,6 + 13
m (0.27)
= 822269,6 + 3,5
= 822273,1
26. X
T26-T27 = XT25T26 ± d T26T27
sin α T26T27
= 822273,1 + 14
m sin 180
= 822273,1 + 14
m (0,30)
= 822273,1 + 4,2
= 822277,3
27. X
T27-T28 = XT26T27 ± d T27T28
sin α T27T28
= 822277,3 + 23 m sin 170
= 822277,3 + 23 m (0,29)
= 822277,3 + 6,6
= 822283,9
28. X
T28-T29 = XT27T28 ± d T28T29
sin α T28T29
= 822283,9 + 11
m sin 180
= 822283,9 + 11
m (0,30)
= 822283,9 + 3,3
= 822287,2
29. X
T29-T30 = XT28T29 ± d T29T30
sin α T29T30
= 822287,2 + 19,5 m sin 190
= 822287,2 + 19,5 m (0,32)
= 822287,2 + 6,2
= 822293,4
30. X
T30-T31 = XT29T30 ± d T30T31
sin α T30T31
= 822293,4 + 20
m sin 210
= 822293,4 + 20
m (0,35)
= 822293,4 + 7
= 822300,4
-
Titik awal Y∆ = 9905119
1. Y
T1-T2 = Y∆ ± d T1T2 cos α
T1T2
= 9905119 + 30 m cos 640
= 9905119 + 30 m (0,43)
= 9905119 + 12,9
= 9905131,9
2. Y
T2-T3 = YT1T2 ± d T2T3 cos
α T2T3
= 9905131,9 + 25
m cos 650
= 9905131,9 + 25
m (0,42)
= 9905131,9 +
10,5
= 9905142,4
3. Y
T3-T4 = YT2T3 ± d T3T4 cos
α T3T4
= 9905142,4 + 21
m cos 630
= 9905142,4 + 21
m (0,45)
= 9905142,4 + 9,4
= 9905151,85
4. Y
T4-T5 = YT3T4 ± d T4T5 cos
α T4T5
= 9905151,85 + 19
m cos 640
= 9905151,85 + 19
m (0,43)
= 9905151,85 + 8,1
= 9905159,95
5. Y
T5-T6 = YT4T5 ± d T5T6 cos
α T5T6
= 9905159,95 + 17
m cos 450
= 9905159,95 + 17
m (0,7)
= 9905159,95 + 11,9
= 9905171,85
6. Y
T6-T7 = YT5T6 ± d T6T7 cos
α T6T7
= 9905171,85 + 13 m cos 400
= 9905171,85 + 13 m (0,76)
= 9905171,85 + 9,8
= 9905181,65
7. Y
T7-T78 = YT6T7 ± d T7T8 cos α
T7T8
= 9905181,65 + 12
m cos 90
= 9905181,65 + 12
m (0,98)
= 9905181,65 + 11,76
= 9905193,41
8. Y
T8-T79 = YT7T8 ± d T8T9 cos α
T8T9
= 9905193,41 + 12 m cos 50
= 9905193,41 + 12 m (0,99)
= 9905193,41 + 11,88
= 9905205,29
9. Y
T9-T710 = YT8T9 ± d T9T10 cos α
T9T10
= 9905205,29 + 8,5 m cos 30
= 9905205,29 + 8,5 m (0,99)
= 9905205,29 + 8,41
= 9905213,7
10. Y
T10-T711 = YT9T10 ± d T10T11 cos
α T10T11
= 9905213,7 + 21
m cos 640
= 9905213,7 + 21
m (0,43)
= 9905213,7 + 9,03
= 9905222,73
11. Y T11-T712 = YT10T11 ± d T11T12 cos α T11T12
= 9905222,73 + 12
m cos 110
= 9905222,73 + 12
m (0,98)
= 9905222,73 + 11,76
= 9905234,49
12. Y
T12-T713 = YT11T12 ± d T12T13 cos
α T12T13
= 9905234,49 + 11
m cos 180
= 9905234,49 + 11
m (0,95)
= 9905234,49 + 10,45
= 9905244,94
13. Y
T13-T714 = YT12T13 ± d T13T14 cos
α T13T14
= 9905244,94 + 9
m cos 160
= 9905244,94 + 9
m (0,96)
= 9905244,94 + 8,64
= 9905253,58
14. Y
T14-T715 = YT13T14 ± d T14T15 cos
α T14T15
= 9905253,58 + 9
m cos 110
= 9905253,58 + 9
m (0,98)
= 9905253,58 + 8,82
= 9905262,4
15. Y
T15-T16 = YT14T15 ± d T15T16
cos α T15T16
= 9905262,4 + 9
m cos 90
= 9905262,4 + 9
m (0,98)
= 9905262,4 + 8,82
= 9905271,22
16. Y
T16-T17 = YT15T16 ± d T16T17
cos α T16T17
= 9905271,22 + 9 m cos 110
= 9905271,22 + 9 m (0,98)
= 9905271,22 + 8,82
= 9905280,04
17. Y
T17-T18 = YT16T17 ± d T17T18
cos α T17T18
= 9905280,04 + 18
m cos 120
= 9905280,04 +
m (0,97)
= 9905280,04 + 17,46
= 9905297,5
18. Y
T18-T19 = YT17T18 ± d T18T19
cos α T18T19
= 9905297,5 + 16
m cos 140
= 9905297,5 + 16
m (0,97)
= 9905297,5 + 15,52
=
9905313,02
19. Y T19-T20 =
YT18T19 ± d T19T20 cos α T19T20
= 9905313,02 + 11
m cos 140
= 9905313,02 + 11
m (0,97)
= 9905313,02 + 10,67
= 9905323,69
20. Y
T20-T21 = YT19T20 ± d T20T21
cos α T20T21
= 9905323,69 + 11 m cos 140
= 9905323,69 + 11 m (0,97)
= 9905323,69 + 10,67
= 9905334,36
21. Y
T21-T22 = YT20T21 ± d T21T22
cos α T21T22
= 9905334,36 + 9 m cos 120
= 9905334,36 + 9 m (0,97)
= 9905334,36 + 8,73
= 9905343,09
22. Y
T22-T23 = YT21T22 ± d T22T23
cos α T22T23
= 9905343,09 + 17 m cos 140
= 9905343,09 + 17 m (0,97)
= 9905343,09 + 16,49
= 9905359,58
23. Y
T23-T24 = YT22T23 ± d T23T24
cos α T23T24
= 9905359,58 + 13 m cos 150
= 9905359,58 + 13 m (0,96)
= 9905359,58 + 12,48
= 9905408,06
24. Y
T24-T25 = YT23T24 ± d T24T25
cos α T24T25
= 9905408,06 + 13
m cos 180
= 9905408,06 + 13
m (0,95)
=9905408,06 + 12,35
= 9905420,41
25. Y
T25-T26 = YT24T25 ± d T25T26
cos α T25T26
= 9905420,41 + 13
m cos 160
= 9905420,41 + 13
m (0,96)
= 9905420,41 + 12,48
= 9905432,89
26. Y
T26-T27 = YT25T26 ± d T26T27
cos α T26T27
= 9905432,89 + 14
m cos 180
= 9905432,89 + 14
m (0,95)
= 9905432,89 + 13,3
= 9905446,19
27. Y
T27-T28 = YT26T27 ± d T27T28
cos α T27T28
= 9905446,19 + 23
m cos 170
= 9905446,19 + 23
m (0,95)
= 9905446,19 + 21,85
= 9905468,04
28. Y
T28-T29 = YT27T28 ± d T28T29
cos α T28T29
= 9905468,04 + 11
m cos 180
= 9905468,04 + 11
m (0,95)
= 9905468,04 + 10,45
= 9905478,49
29. Y
T29-T30 = YT28T29 ± d T29T30
cos α T29T30
= 9905478,49 + 19,5 m cos 190
= 9905478,49 + 19,5 m (0,94)
= 9905478,49 + 18,33
= 9905496,82
30. Y
T30-T31 = YT29T30 ± d T30T31
cos α T30T31
= 9905496,82 + 20
m cos 210
= 9905496,82 + 20 m (0,93)
= 9905496,82 + 18,6
= 9905515,42
4.3
Pembahasan
Dari hasil praktikum
yag dilakukan diperoleh titik sebanyak 30
titik, ke 30 titik tersebut
diperoleh jarak yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan dilapangan, jarak yang paling pendek dari hasil yang
didapatkan adalah 8,5
meter yang berada dititik ke 9,
dan jarak yang paling terpanjang yaitu 30
yang berada dpada titik awal atau titik ke 1.
Pada titik awal koordinar diperoleh koordinat X adalah 822119 dan koordinat Y adalah
9905119. Pada sudut derajat
tersebut diperoleh hasil yang berbeda pula dan yang paling terkecil ialah sudut
30
pada titik ke 9 dan sudut yang
paling terbesar ialah sudut 650 pada titik ke 2.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari pratikum ini yaitu :
1. Titik
yang diambil pada praktikum ini iyalah sebanyak 30 titik.
2. Jarak
yang terpanjang dari perencanaan ini yaitu 30
meter dan jarak yang terpendek dalam perencanaan ini adalah 8,5 meter.
3. Pada
koordinat X diporoleh titik awal 822119
dan pada koordinat Y diperoleh titik awal 9905119.
5.2 Saran
Sebaiknya
pada praktikum keteknikan kehutanan ini, perlu dilakukan latihan fisik sebelum
memasuki hutan yang menanjak dan melengkapi alat serta bahan praktikum.
DATAR PUSTAKA
Anshori, Isa. 2003. Perencanaan Pembuatan Jaringan Jalan Hutan.
Fakultas Kehutanan Universitas tanjungpura Pontianak: Pontianak
Elias, 2007. Modul 2. Pelatihan
Pembukaan Wilayah Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Himpunan Alumni Fakultas kehutanan IPB
Komisariat Daerah Sumatera Barat, 1997.
Proceeding Seminar Paradigma Pembangunan Kehutanan Abad 21. Bukittinggi
Sudirman, 1999. Prinsip dan Praktik Pemanenan Hutan di
Indonesia. Departememn Kehutanan dan Perkebunan dan Natural Resources
Management Program
Sofyan. 1976. Dasar-Dasar
Konstruksi Jalan Hutan, Pengantar KulturTeknis Bagian 1. Yayasan Fahutan
Universitas Gajahmada: Yogyagkarta.
Parsakhoo
et al. 2010. Forest roads
Planning and Construction in Iranian.
Soeparto, mardikanto. 1985.Kualitas
pembukaan wilayah hutan pada pengolahan hutan alam produksi lestari di
PT.INHUTANI 1 unit manajemen Sambarata, beras,KalTim.Fakultas Institute
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
GRAFIK PEMBUATAN TRASE JALAN
Comments
Post a Comment