Gunung itu Romantis - Portal Rimbawan

Portal Rimbawan - Mendaki gunung itu bukan selalu berapa ketinggian MDPL yang telah kamu puncaknya dan lantas, tetapi bagaimana kamu menyikapinya bahwa tingginya suatu gunung adalah karunia tuhan sang pencipta jagat raya. Mendaki mengajarkan kita akan kesabaran selangkah demi selangkah untuk mencapai tujuan utama. 

Merasakan dinginnya udara di gunung kadang membuat, menyadarkan bahwa untuk mencari udara yang segar dan  jika berlebihanpun pasti akan menyiksa juga. Intinya, kita sebagai manusia  sekeder butuh udara yang sejuk saja terkadang kita harus kebal akan udara menyengat penuh polusi yang ada di kota. 

Naik gunung juga bukan sekedar ketagihan dalam senantiasa berkeliaran dalam jiwa kita. Namun,  kadang rasa rindu dan suntuknya kota membuat kita ingin selalu berlabuh pada puncak dinginnya. Gunung dengan segala ceritanya akan membawa kita pada kebahagiaan dan lebih romantis dalam menghadapi cobaan. 

Entah, mengapa gunung itu sering dikaitkan dengan romansa manis (romantisme). Apakah pemandangan indah itu yang melahirkan romantis? atau ada alasan lain untuk menjabarkan problema itu. Sebernarnya hubungan Gunung dan Romantisme itu kembali lagi pada pandangan pribadi seorang pendaki.

Baca Juga : Mahasiswa Kehutanan : Hutan Dijaga Apalagi Kamu

Mungkin ada yang kurang setuju tentang tema artikel ini "Gunung itu Romantis". Tapi banyak pula yang beranggapan keheningan itulah yang menghadirkan romantis dan cinta? Apa iya.. Ah sudahlah.. 

Para pendaki pasti tahu kan Bunga Edelweis. Bunga ini sering dijuluki sebagai bunga keabadian yang erat hubungannya dengan cinta dan romansa manisnya. Tapi, jika kamu memetik bunga ini hanya untuk memberikannya pada kekasih hati sebagai ungkapan tanda cinta atau apalah kamu salah besar. 

Ingatlah kawan, Bunga edelweis akan tetap abadi jika berada pada habitatnya. Memetiknya hanya untuk kekasih berarti kamu tidak tahu arti romantisme yang sesungguhnya. Dengan memetik bunga edelweis maka dia akan layu dan mati, tak abadi lagi. Sama alam saja tidak cinta apalagi sama kamu? hhee...

Balik lagi bahas tentang gunung dan romansa manisnya. Pernah kamu mendengar cerita tentang mereka yang menemukan dambaan hatinya pada saat mendaki? Awalnya mereka bertemu di gunung A, lalu bertunangan di gunung B dan pra-weddingnya balik ke gunung A. Ah, mungkin ada teman-teman pembaca yang sedang menjalani hubungan karena dipertemukan cintanya di gunung, semoga alam bisa mengkokohkan cinta kalian dan juga memperkokoh cinta pada alam.
(Bukan pendaki sejati kalau Prawednya gak digunung, [dok. Ig @Pasanganpendaki]) 

Baca Juga : Sepuluh Etika Rimbawan

Pernahkan membaca Quotes seorang pendaki di Medsos? yang sering melintas diberanda "Mendakilah Bersamaku, Maka Kau Akan Tahu Bagaimana Aku Menjagamu". Yah, ini memang sebuah hal yang positif tentang bagaimana dia menjaga dan melindungi kamu. 
(Ini gak berak kok dek, yang berat itu satu bulan tak bertemu. [dok. Ig @Pasanganpendaki]) 

Dengan mendaki bersama maka kamu akan tahu pribadi dan karakter pasangan kamu atau Calon pasangan kamu. Bagaimana si dia menjaga dan mengayomi  dengan sepenuh jiwa dan nyawa, melindungi kamu dari hujan, badai atau teriknya sinar matahari. Ini dapat dijadikan patokan atau gambaran masa depan bagaimana sih dia dapat bertanggung  jika kamu sudah menikah dan menjalani hirup pikuknya rumah tangga. 

Tapi perlu diingat, romantisme kita dengan pasangan tak boleh kalah dengan hubungan kita kepada Tuhan sang Pencipta alam yang begitu indah dan romantis. Tuhan telah menciptakan itu semua,  jadi tugas kita sekarang adalah menjaga, agar anak-cucu kita kelak dapat merasakan bagaimana Tuhan melalui perantara Alamnya begitu romantis menyapa kita, hamba-nya.
 


Comments

Follow Portal Rimbawan

"SELAMATKAN HUTAN UNTUK PERADABAN"

"SELAMATKAN HUTAN UNTUK PERADABAN"

Sering Dikunjungi

Makalah Evaluasi Kurikulum

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

Open Volunteer (Kontibutor)

Open Volunteer (Kontibutor)
Gabung Bersama Kami dalam Mengkampanyekan Alam..!!