Portal Rimbawan - Hipotermia
adalah salah satu momok yang sering dikhawatirkan para pendaki saat menjejakkan
kakinya di gunung. Sudah banyak pendaki yang harus meregang nyawa karena
serangan yang terjadi pada ketinggian ini. Mendaki merupakan kegiatan di alam
terbuka dan dengan unsur bahaya yang tinggi.
Hipotermia merupakan suatu kondisi
dimana tubuh kesulitan mengatur keseimbangan suhu karena tekanan udara yang
dingin. Kondisi ini disebabkan suhu bagian dalam tubuh berada dibawah 35’C. Sebenarnya, hipotermia membutuhkan
waktu yang panjang sebelum berakhir pada bencana fatal dan kematian. Berbeda
dengan kasus digigit ular berbisa dimana frame timenya sangat sempit. Tidak
seperti hipotermia yang umumnya memberi kita peluang dan waktu dalam
memulihkannya.
Kegiatan mendaki ataupun kegiatan di
alam terbuka yang lain, keberadaan pedamping berpengalaman memang sangat
diperlukan. Pengetahuan dan pengalamannya sangat dibutuhkan pada saat-saat yang
kritis. Jadi, kegiatan mendaki tidak selalu soal puncak tetapi juga merupakan
petualangan yang juga disertai transfer ilmu dan konsep keselamatan.
Gejala hipotermia untuk
gunung-gunung di wilayah tropis, seperti Indonesia, umumnya terjadi karena
tereksposnya tubuh secara langsung pada udara disekelilingnya yang memang
dingin. Biasanya karena baju selaku isolator panas, terkena air dan basah,
sehingga berubah menjadi konduktor panas. Lalu suhu tubuh terus menerus turun,
karena panasnya terhisap oleh udara di sekelilingnya. Hipotermia biasanya
diawali dengan berupa kedinginan biasa, badan yang menggigil, gemetar menahan
dingin, kadang hingga gigi saling beradu ketika tidak kuat menahan dingin.
Comments
Post a Comment