“SISTEM
AGROFORESTY KEMIRI - COKLAT”
Disusun Oleh :
Inaya Ulfah L 131 16
173
Indra Setiawan L 131 16
119
Zaki Mubarokh L 131 16
111
Ayu Lestari L 131 16
148
Normawati F.S Parada L
131 16 158
Hestiana L 131 16 113
Desi Kinanti L 131 16
151
Besti L 131 16 265
Abd. Razak I Yahya L
131 16 191
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
2019
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Agroforestri,
sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan,
berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan system agroforestri yang telah
dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara sederhana, agroforestri berarti
menanam pepohonan di lahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau
masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan demikian kajian agroforestri
tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah
sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu, sehingga
agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis dan sangat baik diterapkan pada
masyarakat.
Agroforestry
dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Agroforestry
utamanya di harapkan dapat dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk
penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan
hidup masyarakat dan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya
di daerah pedesaan (Mayrowani dan Ashari, 2011).
Agroforestri
diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi,
melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan
intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekkan oleh
petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad (Michon dan de
Foresta, 1995), misalnya sistem ladang berpindah, kebun campuran di lahan
sekitar rumah (pekarangan) dan padang penggembalaan.
Kelebihan sistem
ini bukan hanya dapat menghasilkan bahan pangan, tetapi juga dapat mengurangi
biaya pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman yang memang sangat mahal.
Selanjutnya taungya dikenal di Indonesia sebagai tumpangsari. Banyak ahli yang
berpendapat bahwa sistem taungya adalah cikal bakal agroforestri modern. Agroforestry klasik atau tradisional sifatnya
lebih polikultur dan lebih besar manfaatnya bagi masyarakat setempat dibandingkan
agroforestry modern. Agroforestry modern
hanya melihat komuninasi antara tanaman keras atau pohon komersial dengan
tanaman sela terpilih. Dalam agroforestry modern, tidak terdapat lagi keragaman
kombinasi yang tinggi dari pohon yang bermanfaat atau juga satwa liar yang
menjadi terpadu dari sistem tradisional (Hariah K et al, 2003)
1.2 Tujuan dan Kegunan
Adapun
tujuan dari pengambilan data ini adalah mengantarkn mahasiswa untuk mengenali
beberapa system agroforestry, mempelajari pross penanaman pohon, pemeliharaan
tanaman agroforestry dan mengatahui
teknik pemangkasan pohon di desa
Daenggune Kabupaten Sigi.
Adapun
kegunaan dalam pengambilan data ini
adalah mahasiswa dapat mengetahui pengelolaan lahan agroforestry yang
dikelola langsung oleh masyarakat di desa Daenggune Kec. Kinovaro Kabupaten Sigi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Devinisi Agroforestry
Agroforestry
menurut Huxley (dalam Suharjito et al.) merupakan salah satu sistem penggunaan
lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan
lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan
(pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga
terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan
komponen lainnya.
Agroforestry telah menarik
perhatian peneliti-peneliti teknis dan sosial akan pentingnya pengetahuan dasar
pengkombinasian antara pepohonan dengan tanaman tidak berkayu pada lahan yang
sama, serta segala keuntungan dan kendalanya. Penyebarluasan agroforestry
diharapkan bermanfaat selain mencegah
perluasan tanah terdegradasi,
melestarikan sumber daya hutan, dan meningkatnya mutu pertanian serta
menyempurnakan intesifikasi dari diversifikasi silvikultur (Hariah et al, 2003).
2.2 Klasifikasi Kemiri
Pohon tinggi
mencapai 40 m dan gemang hingga 1,5 m. Daun muda, ranting, dan karangan bunga
dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna perak mentega;
seolah bertabur tepung. Daun tunggal, berseling, hijau tua, bertangkai panjang
hingga 30 cm, dengan sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun hampir
bundar, bundar telur, bundar telur lonjong ,berdiameter hingga 30 cm, dengan
pangkal bentuk jantung, bertulang daun menjari hanya pada awalnya, bertaju 3-5
bentuk segitiga di ujungnya. Bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai
pendek. Bunga betina berada di ujung malai payung tambahan; bunga jantan lebih
kecil dan mekar lebih dahulu berada di sekelilingnya, berjumlah lebih banyak.
Kelopak bertaju 2-3; mahkota bentuk lanset, bertaju-5, panjang 6-7 mm pada
bunga jantan, dan 9-10 mm pada bunga betina. Buah batu agak bulat telur gepeng,
5-6 cm x 4-7 cm, hijau, berdaging keputihan, tidak memecah, berbiji-2 atau 1.
Biji bertempurung keras dan tebal, agak gepeng, hingga 3 cm x 3 cm (Steenis,
1981).
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana
2.3 Klasifikasi Kakao
Tanaman Kakao
ini berasal dari Amerika Selatan yang kemudian menyebar luas ke daerah – daerah
beriklim tropis termasuk ke Indonesia. Tanaman Kakao ini merupakan satu-satunya
diantara 22 jenis marga Theobroma, suku sterculiaceae, yang diusahakan secara
komersil. Tanaman kakao ini di daerah asalnya yaitu Amerika Selatan, merupakan
tanaman kecil yang hidup di kawasan hutan hujan tropis, dan juga tumbuhnya
selalu dilindungi oleh pohon – pohon besar. Di kawasan hutan hujan tropis ini
merupakan ekologi yang cocok untuk pertumbuhan Tanaman Kakao.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma
cacao
2.4 Penanaman
Penanaman
adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman
untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di budidayakan. Proses
pemindahan ini tidak boleh di lakukan dengan sembarangan, perlu adanya metode
agar tanaman dapat belangsung hidup
di media dan lingkuanganya yang baru.
Kegiatan
ini adalah kegiatan inti dari budidaya hutan yang mencakup areal yang luas,
memerlukan biaya yang besar sehingga diperlukan keterampilan yang cukup.
Kegiatan penanaman meliputi :
a. Lahan
yang kering sebelum di tanam di siram dulu dengan ari agar lembab.
b. Membuat
lubang dengan tugal sedalam 5 cm kurang lebih
c. Sebelum
bibit di keluarkan dari polybag disiram terlebih dahulu agar media tidak pecah.
d. Melakukan
penanaman bibit, usahakan bibit dalam keadaan tegak dan satu lubang tanamam
untuk satu bibit.
e. Mulsa
jerami di pasang di sekitar tanaman, tujuannya untuk menjaga kelembaban tanaman
dan mengurangi pertumbuhan gulma.
2.5 Pemeliharaan Tanaman Agroforestry
Kegiatan
pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan tanaman muda dan pemeliharaan tegakan.
Pemeliharaan tanaman muda dilakukan mulai bibit selesai ditanam di lapangan
sampai tanaman mencapai kondisi tegakan yaitu keadaan dimana pohon-pohonnya
telah saling mempengaruhi satu sama lain, baik tajuk maupun perakarannya (umur
3–5 tahun). Pemeliharaan tegakan dilakukan setelah tegakan terbentuk sampai
tegakan siap ditebang. Pekerjaan pemeliharaan tanaman muda dapat berupa
penyulaman, penyiangan, pendangiran dan pembebasan gulma serta tanaman
pengganggu lainnya. Kegiatan pemeliharaan tanaman muda juga dapat berupa
pemupukan tanaman.
Pekerjaan
pemeliharaan tegakan dapat berupa pembebasan tanaman pengganggu, pemangkasan
cabang dan pemeliharaan. Pembebasan tanaman pengganggu dilakukan pada jalur
tanaman pokok sehingga tanaman pokok mendapat kesempatan tumbuh secara baik.
Pemangkasan cabang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas batang
melalui peningkatan ukuran panjang batang bebas cabang. Sedangkan kegiatan
penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan ruang tumbuh yang optimal
sehingga pertumbuhan pohon-pohon tertinggal dapat berlangsung secara maksimal.
2.6 Pemangkasan Tanaman Agroforestry
Pemangkasan (purining)
adalah tindakan pembuanga bagian-bagian tanaman seperti cabang atau ranting
dengan mendapatkan bentuk tertentu sehingga
dicapai tingkat efisiensi yang tinggi di dalam pemanfaatan cahaya matahari,
mempermudah pengendalian hama penyakit serta mempermudah pemanenan. Pemangkasan
adakalanya berguna untuk mengurangi beban buah yang terlampau lebat sehingga
didapatkan buah dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Dalam
pelaksanaannya, terdapat dua dasar pemangkasan, yaitu pemancungan (headling back)
dan penipisan (thinning out). Pemancungan merupakan pembuangan atau pemotongan
bagian ujung suatu cabang sampai tinggal satu tunas. Karena pemancungan dapat
memecahkan dominansiapikal, maka setelah pemancungan biasanya terjadi
pertumbuhan vegetatif yang lebat sebagai akibat dari tumbuhnya tunas-tunas
lateral. Oleh karena itu, pemancungan cenderung menghasilkan pertumbuhan
tanaman dengan pola menyemak (bush) dan kompak. Apabila pemancungan dilakukan
terhadap tanaman yang tengah aktif tumbuh, maka diistilahkan sebagai
perompesan. Sedangkan penipisan adalah pembuangan cabang-cabang dengan meninggalkan
hanya cabang lateral atau batang utama.
III. METODE PRAKTEK
3.1
Waktu
dan Tempat
Kegiatan pengambilan data lapangan
sistem Angroforestri ini dilakukan pada hari minggu, 24 maret 2019 Bertempat di
dusun 3 Desa Daenggune kabupaten sigi Sulawesi Tengah.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
pengambilan data ini yaitu kendaraan roda dua untuk menempuh jarak kelokasi,
kamera untuk dokumentasi kegiatan, serta bantuan gps untuk membantu dalam
penetuan lokasi pengambilan data. Selain itu bahan yang digunakan dalam kegiatan
ini adalah quisioner dan alat tulis menulis.
3.3 Langkah
Kerja
1.
menyiapakan quisioner
agar data yang diperoleh dilapangan teratur
2.
menentukan lokasi lahan
agroforestri
3.
mencari narasumber dari
lahan yang telah ditentukan
4.
menggali informasi dari
narasumber dari sagala aspek sesuai dengan quisioner yang telah dibuat
5.
data yang diperoleh
dicacat serta direkam
6.
langkah terakhir adalah
pengolahan data
IV. PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
a)
Penanaman;
Penanaman
merupakan langkah awal dalam suatu proses pengelolaan lahan, hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari apa yang ditanam. Kegiatan penanaman
meliputi beberapa tahap :
Ø Perencaan
(pemilihan jenis), hal ini sangat penting dilakukan untuk menyesuaikan jenis
tumbuhan dengan lahan yang akan ditanami agar tujuan awal dari penanaman dapat
tercapai dengan baik. Salah satu contohnya yaitu terdapat pada lahan agroforestry
yang ada di desa Daenggune kabupaten sigi, kebanyakan masyarakat disana memilih
tumbuhan kakao dan kemiri untuk ditanam dalam satu lahan, hal ini menjadi
pilihan karena selain tumbuhannya mudah didapatkan, kualitas tanahnya pun masih
sangat baik.
Ø Persiapan
lapangan (penyiapan tapak), pada lahan agroforestry di desa daenggune tidak ada
kegiatan persiapan lapangan (penyiapan tapak), lahan hanya diolah sesuai
keadaaan tempat yang sudah ada serta batasan yang telah di tentukan oleh
masyarakat sekitar.
Ø Pemasangan
ajir, hanya di lakukan pada tanaman semusim seperti tanaman cabai, tomat,
paprika maupun tanaman yang merambat seperti timun, kacang panjang, dan
lain-lain yang memerlukan ajir sebagai bantuan penyangga tumbuhya. Pada tanaman
agroforetry kemiri dan coklat tidak memerlukan ajir sebagai penyangga karena
tumbuhan ini tergolong dalam tanaman berkayu.
Ø Pembuatan
lubang tanam, yaitu kegiatan mempersiapkan lubang atau tempat tumbuh tanaman.
Dalam pembuatan lubang tidak hanya sekedar menggali tanah, akan tetapi lubang
yang dibuat harus disesuaikan dengan jenis tanaman serta ukuran semai yang akan
ditanam, hal ini dilakukan agar pertumbuhan dapat berjalan dengan baik. Pada
lahan agrofotersty milik salah satu warga yang ada di desa daenggune kabupaten
sigi memilih metode penanaman acak, seperti masyarakat awam pada umumnya mereka
membuat lubang dengan cara mengira-ngira jarak tanam saja. Ini merupakan cara
yang kurang tepat serta menjadi salah satu faktor hasil pemanenan pada tahap
akhir kurang maksimal.
Ø Pengangkutan
bibit, banyak cara yang bisa dilakukan dalam mendapatkan bibit dengan kualitas
yang baik, salah satunya melihat dari mana bibit itu berasal. Hal ini merupakan
langkah yang dilakukan oleh salah satu warga sebagai pengolah lahan dengan
sistem agroforestry, beliau memilih mangambil bibit kakao dari desa palolo
karena lebih berkualitas dan terawat. Bibit dengan kualitas yang baik tanpa
gangguan hama ataupun penyakit maka akan menghasilkan tumbuhan yang baik pula
nantinya. Sedangkan bibit kemiri didapatkan dari anakan kemiri yang sudah ada
sebelumya yang tumbuh di sekitar pemukiman warga ataupun yang ada di
pegunungan.
Ø Penanaman
dan pemeliharaan tanaman muda, untuk menghasilkan tumbuhan dengan kualitas
panen yang baik, tentu perlu adanya pemeliharaan. Dalam hal ini yaitu
intensitas pemupukan, penyemprotan, serta pembersihan dari tumbuhan semak
belukar ataupun gulma yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman inti. Pada
salah satu lahan agroforestry di desa daenggune menerapkan sistem pemupukan
dengan intensitas 1x pemupukan dalam sebulan dan penyemprotan dilakukan dalam 3
bulan sekali.
Ø Pemeriksaan
pekerjaan dan evaluasi penanaman, kegiatan ini dimaksutkan untuk mengetahui
keberhasilan penanaman dan untuk menentukan kegiatan penyulaman. Keberhasilan
kegiatan dilapangan biasanya dilihat dari persentase kematian/hidup tanaman.
Oleh Karen itu perlu adanya penyulaman, yaitu kegiatan penanaman kembali untuk
mengganti tanaman pokok yang rusak atau mati sehingga jumlah tanaman per hektar
yang tumbuh sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Jika persen tanaman
mencapai 100% pada areal tersebut tidak perlu ada sulaman. Namun jika persennya
80%-100% perlu dilakukan sulaman ringan, kemudian pada persen 60%-80% dilakukan
sulaman intensif dan dibawah 60% perlu dilakukan penanaman ulang.
Sedangkan
pada lahan angroforestry milik salah satu masyarakat yang ada di desa daenggune
kabupaten sigi, termasuk dalam pencapaian tanam 100% sehingga tidak ada
kegiatan peyulaman didalamnya. Namun tidak dapat dipungkiri, pada beberapa
lahan yang lainnya tidak mencapai hasil yang sama. Hal ini biasanya di
akibatkan oleh cuaca yang tidak mendukung serta kualitas bibit kurang baik
karena proses mendapatkan berbeda-beda.
b)
Pemeliharaan tanaman
agroforestry
Ø Kematian
awal tanaman, faktor utama penyebab kematian awal tanaman di lahan agroforestry
pada desa Daenggune di sebabkan oleh kondisi cuaca yang ekstrim (kemarau).
Pada
tumbuhan kakao ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya;
Pemangkasan,
pemangkasan pohon pelindung dilakukan agar dapat berfungsi untuk jangka waktu
yang lama. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang-cabang yang tumbuh rendah dan
lemah. Pohon dipangkas sehingga cabang terendah akan berjarak lebih dari 1 m
dari tajuk tanaman kakao. Pemangkasan ini merupakan usaha utnuk meningkatkan
produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. Dengan pemangkasan maka akan
mencegah serangan hama dan penyakit, membentuk tajuk, memelihara tanaman dan
mmacu produksi.
Penyiangan,
tujuannya adalah untuk mencegah persaingan dalam penyerapan air dan unsurhara
serta mencegah hama dan penyakit.
Pemupukan,
dilakukan setelah tanaman kakao berumur 2 bulan dilapangan setelah penanaman.
Namun, dibeberapa tempat pemberian pupuk dilakukan setiap setelah proses
pemanenan seperti yang dilakukan oleh salahsatu narasumber yang ada di desa
daenggune.
Penyiraman,
tanaman kakao yang tumbuh dengan kondisi tanah yang baik dan memiliki pohon
pelindung tidak memerlukan banyak air.
Air yang berlebihan akan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat
lembab. Pada kasus sistem agroforestry ini hanya dilakuakan penyiraman pada
awal penanaman saja yakni sekitar sebulan setelah ditanam. Karena kondisi lahan
yang masih cukup baik maka hal ini dilakukan hanya untuk membantu adaptasi
tanaman pada saat dipindahkan dari polibag.
Pemberantasan
hama dan penyakit, pemberantasan hama dilakukan dengan pemyemprotan pestisida
dengan dua tahap, yaitu tahap pertama untuk pencegahan dan tahap kedua untuk
pemberantasan (jika tanaman sudah terjangkit hama/penyakit). Sedangkan pada
lahan ini hanya dilakukan peyemprotan selama tiga bulan sekali hanya untuk
mencegah datangnaya hama. Kerena bibit awal yang digunakan berkualitas baik
maka pada kasus ini tidak diperlukan perlakuan yang intensif.
Sedangkan
pada pemeliharaan tanaman kemiri juga meliputi beberapa kegiatan yang hampir
sama dengan perlakuan pada tanaman kakao, yaitu penyiraman, pemupukan,
pemangkasan, serta pegendalian gulma dan tanaman pengganggu lainnya.
Pengendalian gulma dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mencabut atau
membongkar tanaman pengganggu tersebut. ketika membersihkan gulma, sekaligus
dilakukan pendangiran agar komposisi udara di dalam tanah tetap baik.
Penyiraman,
proses ini dilakukan pada saat tanaman kemiri masih muda atau berumur sekitar
0-8 bulan, karena pada masa ini kemiri sangat membutuhkan air yang cukup untuk
menyesuaikan serta beradaptasi dengan lahan tumbuhnya.
c)
Pemangkasan tanaman
agaroforestry
Ø Pada
tahap pemangkasan dilakukan dengan beberapa kriteria, yaitu pohon yang
mempunyai banyak cabang, pohon dengan pemangkasan alami rendan, serta pohon
yang akan digunakan untuk kayu pertukangan dan kontruksi struktural. Pada kasus
lahan agroforestri didesa daenggune ini pemangkasan hanya dilakukan pada saat
tajuk pohon sudah mulai terlihat rapat dan menghalangi intensitas cahaya matahari
terhadap tumbuhan dibawahnya. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang-cabang
pohon yang sudah tua, rusak, lemah, sakit, atau yang lainnya, agar sirkulasi
udara dan snar matahari cukup. Namun waktu pemangkasan tidak teratur, hanya
menyesuaikan dengan keadaan tanaman.
Ø Tahap
pemanen
Pada
tahap ini pemanenan kakao dilakukan dua minggu sekali, namun terkadang pada
masa-masa tertentu pemanenan bisa dilakukan hingga 2 bulan sekali, hal ini
biasanya di akibatkan oleh cuaca yang kurang baik. Hasil penen kakao yang
didapatkan jika keadaan cuaca dan tidak ada serangan hama ataupun penyakit bisa
mencapai sekitar 5-6 kg satu kali panen, namun pada saat keadaan tumbuh kurang
baik dikarenakan banyaknya gangguan biasanya hasil panen hanya mencapai sekitar
2-3 kg saja. Sedangkan pemanenan kemiri dilakukan sesuai tujuan awal penanaman,
pada lahan agroforestri ini pemanenan hanya dilakukan pada buah kemiri saja,
yang kemudian dikumpulkan dan dijual di pasar ataupun pengepul buah kemiri.
Biasanya sekali panen kemiri dikumpulkan hingga mencapai 10 kg.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun
yang dapat disimpulkan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
1.
Agroforestry merupakan
cabang ilmu yang dinamis dan sangat baik diterapkan pada masyarakat.
Agroforestri juga sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang
pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan system
agroforestri yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala.
2.
Kemiri
adalah tumbuhan yang bijinya dimanfatkan sebagai sumber minyak dan
rempah-rempah. Tanaman kakao ini di daerah asalnya
yaitu Amerika Selatan, merupakan tanaman kecil yang hidup di kawasan hutan
hujan tropis, dan juga tumbuhnya selalu dilindungi oleh pohon – pohon besar.
Pemilihan Kemiri dan Kakao dipilih karena dari aspek ekonomi dapat dimanfaatkan
dari hasil buah dari kedua tanaman tersebut.
3. Penanaman
merupakan langkah awal dalam suatu proses pengelolaan lahan, hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari apa yang ditanam. Kegiatan penanaman
meliputi beberapa tahap :
Ø Perencaan
Ø Pembuatan
Lubang Tanam
Ø Pengangkutan
Bibit
Ø Pemeriksaan
Pekerjaan Dan Evaluasi Penanaman
4.
Kegiatan pemeliharaan
terdiri dari pemeliharaan tanaman muda dan pemeliharaan tegakan. Pemeliharaan
tanaman muda dilakukan mulai bibit selesai ditanam di lapangan sampai tanaman
mencapai kondisi tegakan yaitu keadaan dimana pohon-pohonnya telah saling
mempengaruhi satu sama lain, baik tajuk maupun perakarannya (umur 3–5 tahun).
Pekerjaan pemeliharaan tanaman muda dapat berupa penyulaman, penyiangan,
pendangiran dan pembebasan gulma serta tanaman pengganggu lainnya.
5.
Pemangkasan Tanaman
adalah tindakan pembuangan bagian-bagian tanaman seperti cabang atau ranting
dengan mendapatkan bentuk tertentu
sehingga dicapai tingkat efisiensi yang tinggi di dalam pemanfaatan cahaya
matahari, mempermudah pengendalian hama penyakit serta mempermudah pemanenan.
Dokumentasi
Cantik yg ddepan
ReplyDeletenc.......
ReplyDeleteThankss
DeleteNice
ReplyDelete